Kanker payudara merupakan penyebab kematian utama pada wanita. Berdasarkan data terakhir Rumah Sakit Kanker Dharmais, 70 persen pasien yang baru terdiagnosis telah berada di stadium III-IV. Di Indonesia, kanker payudara stadium lanjut masih sering ditemukan akibat program deteksi dini dan diagnosis awal yang belum optimal. Pembedahan paliatif merupakan salah satu opsi terapi yang bertujuan untuk mengurangi gejala tumor primer seperti keberadaan luka maligna yang menimbulkan nyeri, eksudasi, perdarahan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Namun, masih belum ada kesepakatan mengenai indikasi pembedahan paliatif pada pasien kanker payudara stadium lanjut karena belum banyak studi prospektif yang berhasil membuktikan bahwa operasi memberikan lebih banyak keuntungan daripada efek yang merugikan, termasuk terkait penyembuhan luka berdasarkan marker biomolekuler.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, FKKMK UGM, dr. Irena Sakura Rini, M.A.R.S., Sp.BP-RE(K)., mengatakan tatalaksana untuk kanker payudara stadium lanjut adalah kombinasi dari obat-obatan dan pembedahan yang meninggalkan defek dinding dada. Terdapat beberapa metode rekonstruksi untuk menutup defek tersebut seperti flap lokal (flap keystone dan rotasi) dan skin graft. Namun, untuk mengetahui apakah flap keystone lebih baik dibanding metode lainnya dalam hal penyembuhan luka, secara aspek klinis dan biomolekuler, serta kualitas hidup pasien diperlukan studi lebih lanjut. Ia pun melakukan penelitian pada 25 pasien perempuan dengan kanker payudara stadium lanjut yang berusia 35-65 tahun yang sudah dikemoterapi, namun belum pernah menjalani pembedahan rekonstruksi sebelumnya. “Terdapat 25 pasien yang selesai diikuti dalam studi ini. Penilaian viabilitas flap dilakukan dengan menghitung luas nekrosis flap di hari ke-7 pascaoperasi,”kata Rini dalam ujian terbuka promosi doktor secara daring, Rabu (16/9).
Menurutnya, pasien dengan flap keystone memiliki area nekrosis yang lebih kecil dibandingkan dengan metode lain. Lalu, pada marker biomolekuler ditemukan perbedaan bermakna antara kelompok keystone dengan metode lain hanya pada perubahan kadar miR-29a dari praoperasi hingga hari ke-3 pascaoperasi. Kadar miR-29a pada pascaoperasi hari ke-3 dapat digunakan sebagai prediktor keberhasilan flap dengan Area Under Curve. Pada kualitas hidup didapatkan pada kelompok keystone terdapat peningkatan signifikan pada global health dan breast symptoms pascaoperasi.
Selanjutnya, untuk menguji hipotesa penelitian disertasinya ia melakukan pemeriksaan biomolekuler pada sediaan darah diambil praoperasi, hari ke-3 dan hari ke-21 pascaoperasi. Dari penelitian ini ia menyimpulkan bahwa Flap keystone menghasilkan viabilitas flap dan kualitas hidup yang lebih baik dibanding metode lain. Lalu, dari biomolekuler, ditemukan perbedaan bermakna pada kadar miR-29a antara dua kelompok. “Kadar miR-29a dapat dijadikan biomarker prediktor untuk keberhasilan flap,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson