Striktur uretra adalah suatu kondisi menurunnya elastisitas jaringan di uretra sehingga lumen uretra menjadi sempit dan menyebabkan obstruksi yang menghambat aliran urine. Angka insidensi striktur uretra di dunia hanya dapat diperkirakan dan di Amerika Serikat insidensi striktur uretra pria mencapai 0,6 persen dari populasi berisiko atau setara dengan lebih dari 5.000 pasien dirawat inap setiap tahunnya. Hingga saat ini ahli bedah belum mampu mendapatkan hasil yang diinginkan dalam pengobatannya meskipun telah melakukan evaluasi pre operatif dan operatif yang sesuai. Uretrotomi perendoskopik merupakan cara sederhana dan awalnya merupakan terapi yang efektif untuk striktur yang pendek, tetapi angka kekambuhan dalam 1 tahun sekitar 50 persen. Sedangkan Uretroplasti merupakan terapi utama striktur uretra yang panjang tetapi memerlukan biaya yang cukup mahal.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Wikan Kurniawan, Sp.U., baru-baru ini melakukan penelitian untuk membuka peluang ditemukannya terapi pada striktur uretra dengan memanfaatkan Docetaxel dan Captopril untuk mengurangi risiko terjadinya Striktur Uretra. Penelitian yang ia lakukan dengan menggunakan 28 kelinci jantan New Zealand yang mengalami ruptur uretra dengan reseksi endoskopik dalam kondisi teranestesi.
Dalam penelitian tersebut, subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok yakni kelompok kontrol negatif, kelompok ruptur+tanpa obat, kelompok ruptur+captopril, kelompok ruptur+docetaxeldan kelompok ruptur+docetaxel+captopril. Lalu, semua kelinci mendapat gel transuretral larut air yang mengandung obat sesuai kelompoknya selama 28 hari.
Setelah masa perlakuan, kelinci yang mendapat perlakuan penthotal 200mg, kemudian dilakukan pemeriksaan real time PCR dan histologi corpus spongiosum. Hasil ekspresi mRNA TGF-β1 pada kelompok ruptur+tanpa obat lebih tinggi dari kelompok kontrol negatif, kelompok ruptur+docetaxel dan kelompok ruptur+docetaxel+captopril. Ekspresi mRNA MMP-1 tidak berbeda pada semua kelompok penelitian. Ekspresi mRNA CTGF kelompok ruptur+tanpa obat lebih tinggi dari kelompok kontrol negatif, kelompok ruptur+captopril, kelompok ruptur+docetaxel, dan kelompok ruptur+docetaxel+captopril.
Dari hasil penelitiannya menunjukkan ekspresi mRNA PAI-1 kelompok ruptur+tanpa obat lebih rendah dari kelompok kontrol negatif dan kelompok ruptur+docetaxel. Lalu, luas lumen kelompok ruptur+tanpa obat lebih sempit dibanding kelompok kontrol negatif, dan kelompok ruptur+captopril. “Perimeter lumen kelompok ruptur+tanpa obat lebih pendek dibanding kelompok kontrol negatif, kelompok ruptur+captopril,”katanya.
Selanjutnya, perimeter membrana basalis kelompok ruptur+tanpa obat lebih pendek dari kelompok kontrol negatif, kelompok ruptur+captopril, kelompok ruptur+docetaxel. Luas area yang dibatasi membrana basalis kelompok ruptur+tanpa obat lebih sempit dibanding kontrol negatif, Panjang perimeter sentral tidak berbeda pada semua kelompok penelitian. “Adapun luas epitel tidak berbeda dengan semua kelompok penelitian,” katanya.
Ia berkesimpulan Docetaxel dan captopril adalah agen yang menjanjikan untuk menghindari perkembangan striktur uretra pada ruptur uretra anterior. Meski demikian, ia menyampaikan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah subjek penelitian yang lebih besar dengan rancangan yang lebih baik untuk dapat diterapkan pada manusia sesuai pedoman tahapan uji coba klinik.
Penulis : Gusti Grehenson