Belum lama ini ribuan orang di negeri China mengidap penyakit infeksi Brucellosis yang diduga kuat akibat kebocoran pabrik biofarmasi. Masyarakat dunia seolah khawatir jika penyakit ini nantinya bisa menyebar layaknya pandemi Covid-19. Namun, menurut pakar zoonosis dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Dr. drh. I Wayan Tunas Artama, Brucellosis adalah penyakit yang disebabkan karena bakteri Brucella sp. Menurutnya, selama ini kejadiannya belum pernah terjadi dari orang ke orang.
“Dapat dikatakan sangat jarang sekali, biasanya penularan dari hewan ternak seperti kambing, domba, sapi dan babi ke manusia atau produk hewan seperti susu atau susu kambing yg tidak disterilisasi atau pasteurisasi,” kata Wayan menanggapi wabah kasus Brucellosis di China, Kamis (24/9).
Menurut Wayan, kejadian Brucellosis di China karena kebocoran industri vaksin untuk hewan yang bocor karena penanganan yang tidak layak karena menggunakan disinfektan yang sudah kedaluwarsa sehingga menyebar ke lingkungan dan menginfeksi 3.000 orang.
Apabila manusia terinfeksi dari bakteri hewan ternak ini, menurut Wayan, akan menunjukkan gejala berupa demam, sakit pada sendi, pusing dan gangguan yang sangat fatal pada hati yang dapat berakibat kematian pada orang. “Pencegahannya bisa dengan vaksinasi pada ternak dan yang sakit dapat diobati dengan antibiotik,” paparnya.
Belajar dari kasus merebaknya Covid-19 dan Brucellosis dari negeri tirai bambu ini, menurut Wayan, menandakan ancaman zoonosis memang ada di depan mata bahkan banyak pemangku kepentingan dan masyarakat yang kewalahan mengantisipasi penyebaran penyakit yang bersumber dari hewan ini. “Karena kita tidak tahu kapan akan muncul di wilayah kita. Nah, itu sangat terkait dengan globalisasi, transportasi modern, keamanan pangan, industrialisasi, ledakan penduduk di muka bumi ini dan ditambah dengan perubahan iklim,” katanya.
Menurutnya, penerapan One Health adalah salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah penyakit zoonotik. Sebab, kejadian penyebaran penyakit yang bersumber dari hewan selama ini menurutnya tidak lepas dari kelalaian manusia. “Karena ulah manusia, biosecurity dan biosafety yang tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Thinkstock