Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Permasalahan kanker payudara saat ini lebih pada tingginya angka kematian dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengenali risiko dan mengidentifikasi gejala yang dimiliki secara dini.
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengenali risiko menjadikan kanker payudara di Indonesia lebih banyak teridentifikasi pada stadium lanjut. Oleh karena itu, tantangan yang kemudian belum terjawab untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah belum adanya model prediksi yang bisa mengidentifikasi risiko kanker payudara pada wanita di Indonesia.
“Kondisi inilah yang menyebabkan perlu dilakukan kalkulasi faktor risiko kanker payudara untuk membantu peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengenali risiko kanker payudara di Indonesia,” ujar Ricvan Dana Nindrea, SKM., M.Kes, dosen Universitas Andalas Padang, saat menempuh ujian terbuka Program Doktor FKKMK UGM, Selasa (29/9).
Mempertahankan disertasi Model Kalkulasi Faktor Risiko Kanker Payudara Berorientasi Machine Learning di Indonesia secara daring, Rickvan Dana menyatakan berdasarkan hasil penelitian ini maka model yang dihasilkan dapat membantu untuk menentukan apakah seseorang memiliki risiko terjadinya kanker payudara sangat penting dalam membantu deteksi dini dan preferensi kanker payudara.
“Kalkulasi risiko dengan menggunakan skoring sesungguhnya dapat membantu masyarakat agar dapat melakukan pemeriksaan rutin untuk deteksi dini kanker payudara dan membantu pelayanan petugas kesehatan dalam menemukan orang yang berisiko terkena kanker payudara,” jelasnya.
Melalui pengukuran risiko kanker payudara ini, menurut Rickvan, dapat memastikan apakah seseorang memiliki risiko yang aman terhadap kanker payudara, memadai untuk pencegahan kanker payudara atau berbahaya terhadap terjadinya kanker payudara. Bila seseorang dalam kategori berbahaya maka tindakan yang harus disegerakan adalah agar melakukan skrining untuk memastikan apakah seseorang memang terdapat kanker payudara atau tidak, sedangkan bila seseorang dalam perilaku pencegahan cukup memadai maka disarankan agar tetap menjaga perilakunya supaya terhindar dari penyakit kanker payudara.
“Sebaliknya ketika masuk dalam kategori aman maka seseorang direkomendasikan untuk mempertahankan perilaku dan menghindari faktor risiko kanker payudara agar tetap terhindar dari penyakit kanker payudara,” urainya.
Fenomena yang dihadapi saat ini adalah keterlambatan diagnostik kanker payudara yang diderita oleh wanita, hal ini dapat disebabkan oleh ketidaktahuan pasien (patient delay), ketidaktahuan dokter atau tenaga medis (doctor delay), atau keterlambatan rumah sakit (hospital delay). Hal ini bisa terjadi karena masih rendahnya persepsi risiko kanker payudara, mayoritas wanita cenderung meremehkan risiko pribadi mereka yang mungkin berpengaruh penting pada praktik deteksi dini dan perhatian terhadap gejala medis sehingga mampu berpengaruh pada tertundanya penemuan kanker payudara.
“Deteksi dini kanker payudara berkontribusi terhadap penurunan kematian akibat kanker payudara. Selain itu nilai manfaat lainnya dari deteksi dini kanker payudara adalah mengurangi efek biaya yang besar apabila seseorang teridentifikasi kanker payudara pada stadium lanjut yang membutuhkan penanganan lanjutan yang tentunya mengeluarkan dana yang tidak sedikit, dibandingkan dengan seseorang yang mengetahui risiko kanker payudara sejak dini dan melakukan upaya pencegahan sedini mungkin,” paparnya yang dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude dan menjadi doktor ke-4.903 UGM.
Penulis : Agung Nugroho