Dalam bidang pemeriksaan keuangan, insitusi pemerintah tidak luput dari nuansa hegemoni sehingga bisa berakibat pada penurunan kualitas audit (disfungsional audit). Oleh karena itu, issue hegemoni ini menjadi daya tarik tersendiri untuk kemudian diteliti.
Berbasis fenomena-fenomena bernuansa hegemoni maka seorang peneliti bisa melakukan penelitian untuk menguji secara empiris mengenai keberadaan hegemoni tersebut. Hegemoni adalah suatu proses dominasi melalui gagasan tertentu oleh aktor-aktor intelektual atau dapat disebut superstruktur atas seseorang atau sekelompok orang yang pada akhirnya orang atau sekelompok orang tersebut menerima gagasan tersebut secara konsensus tanpa adanya unsur paksaan langsung.
“Hegemoni menjadi acuan penelitian ini karena teori ini mempunyai kekuatan yang mampu mengarahkan pola pikir masyarakat sesuai dengan keinginan kelompok dominan. Hegemoni ini juga dapat terjadi di lingkungan institusi pemerintahan yang mempunyai standar operasional prosedur yang cukup ketat,” ujar Hendrian, SE, M.Si., dosen Universitas Terbuka, dalam ujian doktor secara daring, Selasa (5/9).
Penelitian ini secara sederhana dilakukan untuk mengungkap pengaruh hegemoni atau hegemoni politis dalam penentuan kualitas audit oleh pemeriksa laporan keuangan pemerintah. Secara khusus, studi ini menginvestigasi auditor pemerintah yang mengubah temuan karena adanya hegemoni politis dari orang atau badan yang berotorisasi lebih tinggi.
Sayangnya, ia mengakui hingga saat ini belum ada pengukuran langsung untuk survei mengenai hegemoni politis. Untuk menjembatani hegemoni politis sebagai ukuran kinerja grup atau individu maka pengukuran hegemoni politis diproksikan dengan dua pengukuran yaitu kecakapan organisasional dan kecakapan politis.
Menempuh ujian terbuka Program Doktor Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Hendrian didampingi tim promotor Prof. Dr. Slamet Sugiri, MBA, Eko Suwardi, M.Sc, Ak, CA., Ph.D, dan Dr. Sumiyana, M.Si., Ak., CA. Promovendus dalam ujiannya mempertahankan disertasi Keberadaan Hegemoni Politis Dalam Keberpautannya Dengan Kualitas Audit: Pengujian Basis Triangulasi Metoda Riset.
“Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi yang menganalisis data dari berbagai sumber yang tersedia untuk memperkuat hasil analisis,” paparnya.
Metode pertama yang dipergunakan adalah metode survei, yaitu menggunakan proksimat kecakapan organisasional dan politis terhadap hegemonis yang dihubungkan dengan kualitas audit. Berikutnya dilanjutkan melalui metode eksperimen dengan melibatkan 117 responden, untuk memastikan agar responden lebih memahami konteks penelitian.
Pada tahap akhir untuk mengonfirmasi jawaban responden maka dilakukan analisis kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap 24 informan. Semua responden dan informan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di institusi pemerintah di bidang pemeriksaan keuangan (auditor).
“Temuan atau hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan berbekal kecakapan organisasional dan politis yang dimiliki auditor, mereka mampu membaca situasi dalam berperilaku dan mampu bekerja sama ataupun berkoalisi dengan teman sejawat atau dengan pimpinan,” terangnya.
Hendrian menjelaskan koalisi dengan pimpinan salah satunya dengan mengikuti arahan yang disampaikan atasan. Meskipun arahan tersebut berdampak pada perubahan kertas kerja lapangan sampai dengan review laporan keuangan. Tujuan utama yang ada dalam kognisi auditor tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas audit seperti yang diharapkan oleh atasan, pun dengan penyampaian hegemoni politis melalui media massa atau komunikasi.
“Hegemoni melalui media tersebut cukup efektif dilakukan oleh atasan atau superstruktur dan diterima tanpa distorsi oleh auditor. Hasil metode kualitatif menyimpulkan bahwa lima dimensi yang terdapat dalam hegemoni politis berdampak pada menurunnya kualitas audit,” jelasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : LINEToday