Jumlah penduduk miskin di tanah air kian bertambah akibat pandemi Covid-19 yang melanda sejak bulan Maret lalu. Data resmi BPS menunjukkan bahwa pada Maret 2020 jumlah penduduk miskin mencapai 26,42 juta orang, jumlah tersebut meningkat 1,63 juta orang pada bulan September 2019. Hingga bulan September ini, data kemiskinan belum dirilis namun dipastikan jumlah penduduk miskin meningkat tajam. “Saya yakin jumlahnya bertambah banyak. Begitu juga, persentase penduduk miskin dipastikan meningkat,” kata ekonom UGM, Ahmad Akbar Susamto, Ph.D., menanggapi antisipasi kenaikan jumlah penduduk miskin akibat pandemi Covid-19, Rabu (14/10)
Menurutnya, upaya pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian berbagai program bantuan sosial tersebut menurutnya sudah benar. Namun, semua itu masih belum cukup. Sebab, jumlah bantuan yang diberikan masih relatif kecil dan jumlah keluarga penerima belum mencakup semua keluarga miskin atau rentan miskin yang terdampak. “Lebih penting dari itu, pelaksanaan bantuan sosial tersebut masih harus terus disempurnakan,” paparnya.
Di luar bantuan sosial kepada keluarga terdampak, katanya, bantuan juga diberikan kepada pelaku usaha termasuk UMKM. Meski sudah ada bantuan, namun hal itu belum cukup apalagi pelaksanaan bantuan sosial tersebut masih tersendat-sendat. Di antara kendala serius dalam penyaluran bantuan untuk UMKM, terlebih lagi dalam kasus usaha ultra mikro, adalah tidak adanya data yang valid dan lengkap. “Kita tidak memiliki basis data by name by address yang dapat digunakan sebagai acuan,” katanya.
Ia berpendapat masalah ekonomi yang dihadapi pada saat ini berawal dari pandemi Covid-19. Maka, selama pandemi Covid-19 masih belum berakhir, kondisi perekonomian tidak akan pernah kembali menjadi normal. Lebih jauh Akbar menjelaskan tahapan perekonomian terkait dengan pandemi Covid-19 dapat dibedakan menjadi tiga yakn pertama, tahap survival. Dalam tahap ini, kebijakan terbaik yang bisa dilakukan dengan mitigasi dan meminimalkan dampak negatif pandemi Covid-19.
Kedua, tahap pemulihan. Pada tahap ini, negara sudah dapat mulai memperbaiki kondisi perekonomian menuju posisi awal sebagaimana sebelum terjadi pandemi Covid-19. Ketiga, tahap pertumbuhan kembali dimana kita mengejar pertumbuhan yang sempat tertunda akibat pandemi Covid-19. “Semakin lama pandemi Covid-19 berlangsung, akan semakin lama kita berada pada tahap survival,” ujarnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Jakarta Post/Leo