Prodi Pascasarjana Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM kembali menggelar Social Development Talks pada Sabtu (17/10) lalu. Gelaran ke-10-nya ini mengangkat tema “Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19”. Bincang-bincang ini diselenggarkan secara daring melalui platform Webex dan disiarkan secara langsung melalui saluran dan disiarkan secara langsung melalui saluran Youtube PSdK/Sosiatri Fisipol UGM.
Subejo, SP., M.Sc., Ph.D., Dosen Fakultas Pertanian UGM yang hadir sebagai pembicara, menyatakan bahwa pandemi ini membawa dampak siginifikan terhadap kondisi pangan nasional. Beberapa dampaknya seperti efektifitas dan efisiensi produksi menurun (baik pertanian maupun UMKM), distribusi berbagai produk dan bahan pangan terhambat, tidak terjadi transmisi harga (jarak harga produk dan bahan pangan melebar), pemasukan petani dan masyarakat pedesaan mengecil, serta konsumen menanggung harga produk dan pangan mahal.
“Walaupun sebelum pandemi ketahanan pangan kita sudah memiliki masalah, seperti busung lapar, produksi, impor, dan lain sebagainya. Namun, ketika pandemi datang permasalahan menjadi semakin bertambah dan sulit,” ungkapnya.
Subejo menyatakan beberapa strategi dapat dilaksanakan guna menanggulangi permasalahan tersebut, utamanya masalah yang timbul karena pandemi. Pertama, relaksasi kegiatan produksi pangan untuk non zona merah, dengan tetap mengacu protokol kesehatan. Kedua, relaksasi distribusi bahan pangan dengan mengacu protokol kesehatan. Ketiga, bantuan proses produksi, seperti alat mesin, pupuk, benih, pestisida, APD, penyluuhan, dan bimbingan teknis.
Keempat, Insentif pendukung, seperti subsidi harga, pembebasan pajak tanah, asuransi pertanian, padat karya pertanian, bantuan sosial, dan lain sebagianya. Terakhir, efisiensi distribusi dan pemasaran produk pangan dengan mengacu protokol kesehatan, serta mengurangi kontak langsung dengan penggunaaan teknologi informasi berbasis aplikasi.
Menurut Subejo, pemerintah telah membahas p ermasalahan ini pada April lalu. Selain covid, permasalahan lain yakni prediksi cuaca panas ekstrem berkepanjangan juga turut menjadi bahasan. Ia menyebut Presiden Jokowi memerintahkan secara langsung kepada Kementrian Pertanian, Kementrian BUMN, dan pemerintah daerah untuk mencetak sawah baru sebagai jaminan produksi pangan. Realisasi perintah tersebut mulai dikerjakan pada Juli lalu dengan rencana pembuatan lumbung pangan di Kalimantan Tengah. Lumbung tersebut akan dibangun di atas lahan seluas 148 ribu hektare yang terletak di dua kabupaten, yakni Kapuas dan Pulang Pisau.
Akan tetapi, Subejo menyebut pencetakan sawah baru ini memiliki prospek strategis untuk jangka menengah dan panjang saja. Menurutnya, program yang lebih realistis untuk jangka pendek (2020-2021) adalah intensifikasi lahan sawah dan lahan kering, dari peningkatan indeks penanaman dan luas panen, optimalisasi pekarangan, optimalisasi agroforestry, promosi urban farming perkotaan, dan diversifikasi pangan berbasis bahan baku lokal.
Meskipun demikian, Subejo tetap memiliki pandangan optimis terkait krisis ini. Ia menyebut pandemi ini menjadi kesempatan untuk revitalisasi pertanian. Ia juga menyebut negara juga bisa berhemat karena jalur impor ditutup. Selain itu, pandemi ini juga mendorong tumbuhnya inovasi dan kreasi baru di bidang pertanian.
“Banyak inovasi bermunculan terkait pertanian selama pandemi ini. Saya harap pemerintah juga mendukung mereka. Oleh karenanya saya lebih menyarankan strategi jangka pendek tadi dengan insentif dan bantuan-bantuan lainnya,” pungkasnya.
Penulis: Hakam
Foto: Mongabay.co.id