Kanker payudara merupakan kasus kanker terbanyak di dunia, baik di negara maju maupun berkembang, dan merupakan penyebab kematian pertama pada wanita. Sebanyak 10-20 persen dari seluruh kanker payudara invasif merupakan kanker payudara triple-negative (KPTN).
Mahasiswa Program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD-KHOM, mengungkapkan bahwa masalah tatalaksana KPTN adalah belum adanya regimen kemoterapi standar pada KPTN yang optimal sehingga menyebabkan tingginya angka kekambuhan dan kesintasan hidup yang lebih pendek dibandingkan kanker payudara subtipe lainnya.
“Hingga saat ini belum ditemukan adanya regimen kemoterapi adjuvan yang efektif untuk penanganan kasus KPTN,” ungkapnya saat mengikuti Ujian Terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan secara daring, Selasa (27/10).
Dalam ujian terbuka ini, Ibnu mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Perbandingan Kesintasan Hidup Pasien Kanker Payudara Triple-negative yang Mendapatkan Kemoterapi Adjuvan Berbasis Antrasiklin dan Platinum: Kajian p53, TiLs, PD-L1, mTOR, miRNA-200c, miRNA-223, dan miRNA-21 terhadap Kesintasan Hidup Kanker Payudara Triple-negative sebagai Biomarker Prognostik”.
Ia menerangkan, data mengenai KPTN, meliputi tatalaksana kemoterapi berbasis platinum di Indonesia, masih terbatas. Karena itu, diperlukan penelitian untuk membandingkan regimen kemoterapi standar dengan regimen berbasis platinum pada KPTN.
“Pada studi ini, kami mengeksplorasi berbagai macam variabel dan biomarka yang kemungkinan menjadi faktor prognosis pada kasus KPTN,” terangnya.
Desain penelitian yang ia lakukan adalah retrospektif kohort yang dilakukan di Instalasi Kanker Terpadu Tulip RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Klinik Khusus Onkologi Kotabaru, dan RS Panti Rapih.
‘Penelitian ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu membandingkan hasil kesintasan hidup berdasarkan regimen kemoterapi yang diterima dan kajian biomarka prognostik pada pasien KPTN,” imbuhnya.
Analisis terhadap 77 pasien KPTN untuk membandingkan kemoterapi adjuvan menunjukkan bahwa pasien KPTN yang mendapatkan kemoterapi berbasis platinum memiliki kesintasan yang signifikan lebih baik daripada pasien yang mendapatkan kemoterapi berbasis antrasiklin.
Sementara itu, analisis terhadap 48 pasien dengan rerata umur 50,24 tahun menunjukkan kesintasan hidup 3 tahun sebesar 58,30 persen. Pasien dengan usia <50tahun, IMT <23 kg/m2, onset kemoterapi ≥60 hari, mendapatkan kemoterapi antrasiklin, stadium locally advanced, grade histopatologi rendah, memiliki kesintasan yang lebih buruk walaupun secara statistik tidak signifikan.
Pada variabel subtipe, pasien yang termasuk dalam kategori subtipe basal-like memiliki kesintasan yang signifikan lebih buruk dibandingkan subtipe non-basal-like.
“Sebagai kemoterapi adjuvan, regimen berbasis platinum dapat memperbaiki kesintasan hidup pasien KPTN di Indonesia. Subtipe basal-like pada KPTN dan overekspresi PD-L1 berkaitan erat dengan kesintasan yang buruk. Stadium dan miR223 juga berhubungan dengan prognosis kasus KPTN,” papar Ibnu.
Penulis: Gloria