Tanaman herbal merupakan salah satu aspek kearifan lokal milik masyarakat Indonesia. Berbagai tanaman herbal juga dapat ditemui di Dusun Menggoran, Bleberan, Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di daerah ini, masyarakat secara spontan telah menanam berbagai tanaman herbal. Mereka menanam untuk memenuhi keperluan sehari-hari, utamanya untuk pemenuhan keperluan bumbu masak.
“Sungguh di luar perkiraan, hasil panenan tanaman herbal di daerah ini, seperti jahe dan kunyit ini jauh lebih banyak dibanding untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing warga sehari-hari,” ujar Dr. Dra. Winastuti Dwi Atmanto, MP, Senin (2/11) di Kampus UGM.
Winastuti Dwi Atmanto adalah dosen Fakultas Kehutanan UGM yang melakukan bimbingan untuk masyarakat Dusun Menggoran, Bleberan, Playen, Gunung Kidul sebagai desa binaan. Ia sudah sejak lama menangkap problem dusun Menggoran yang berhasil memproduksi tanaman herbal secara berlebih.
Kelebihan produksi tersebut jika tidak dijual ke pasar, kadang disetorkan kepada tengkulak. Sayang hasil penjualan ini pada praktiknya kurang memberikan dampak bagi peningkatan ekonomi warga.
“Karena harga lebih ditentukan oleh mekanisme pasar, ketimbang keinginan petani sendiri,” katanya.
Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi warga Menggoran, Bleberan, Playen, Gunung Kidul adalah dengan pembinaan lebih lanjut. Selaku dosen pembimbing, Winastuti pun pada akhirnya bekerja sama dengan Program Studi Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Melalui komunikasi yang intens dan bersinergi maka lahir gagasan meningkatkan ekonomi masyarakat Menggoran, Bleberan, Playen Gunung Kidul melalui tanaman obat. Upaya meningkatkan ekonomi dengan cara memberi nilai tambah pada tanaman obat dengan mengemasnya dalam bentuk minuman siap saji, seperti jahe instan dan kunir instan.
Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si., sekretaris Prodi Doktor Ilmu Farmasi sekaligus koordinator program, mengungkapkan terkait kegiatan ini maka teknologi yang ada di kampus sudah seharusnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat. Untuk itu, bentuk kegiatan pengabdian yang dilakukan adalah dengan menyertakan teknologi.
Diharapkan dengan teknologi tepat guna ini bisa efektif, khususnya di saat menghadapi masa-masa akibat pandemi Covid-19. Dengan teknologi sederhana, masyarakat diharapkan mampu mengubah tanaman herbal yang biasanya dijual dalam bentuk belum olahan menjadi bentuk produk akhir yang dikemas secara baik.
“Tentu dengan pembinaan dari kampus kita semua berharap tanaman herbal yang dihasilkan masyarakat Playen Gunung Kidul, dapat dijual dengan harga yang jauh lebih baik dengan rentang waktu yang lebih panjang,” kata Ronny.
Melengkapi pengabdian yang dilakukan, maka pada hari Sabtu dan Minggu, 24-25 Oktober 2020, kegiatan diisi dengan ceramah dengan menghadirkan narasumber Prof. Dr. apt. Abdul Rohman, M.S., Guru Besar bidang Kimia Analisis sekaligus ketua Prodi Doktor Ilmu Farmasi, yang memberikan materi tentang Kualitas Produk Siap Saji. Juga Dr. Djoko Santosa, M.Si., dosen bidang Biologi Farmasi yang memberikan materi tentang Serba-serbi Tanaman Obat dan Praktik Pengolahannya menjadi Minuman Siap Saji berkualitas baik.
Seluruh aktivitas pengabdian pada masyarakat ini direkam dalam bentuk film dokumenter, dan diharapkan nantinya dapat diputar dan dimanfaatkan secara lebih luas untuk masyarakat Indonesia yang ingin mengembangkan teknologi tepat guna. Agar mampu menghasilkan film dokumenter yang berkualitas, maka kegiatan inipun melibatkan Unit Kanal Pengetahuan Fakultas (KPF) Farmasi UGM.
Pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini selain dilakukan penyuluhan dan pelatihan, dihibahkan pula berbagai kelengkapan produksi. Mulai dari alat-alat untuk proses produksi hingga alat-alat untuk tahap pengemasan, seperti plastik kualitas tinggi dan dua unit packaging sealer..
Terkait kegiatan ini, telah disepakati komitmen pembinaan bersama. Fakultas Farmasi UGM ke depan akan terus mengawal pengembangan produk ini hingga mendapatkan sertifikasi seperti P-IRT dan halal.
Purwanto, Dukuh Menggoran, Bleberan, Playen, Gunung Kidul, dan Siti, selaku koordinator kegiatan lapangan perwakilan dari warga masyarakat merasa bersyukur dengan kegiatan pengabdian pada masyarakat dari Fakultas Farmasi UGM. Keduanya tidak dapat menyembunyikan rasa haru hingga masyarakat merasakan terbantukan dan mampu menghasilkan produk olahan tanaman herbal.
Penulis : Agung Nugroho