Hasil penelitian I Ketut Gede Darma Putra S Kom MT mengatakan, terdapat kecenderungan antara telapak tangan kanan dan kiri seseorang tidak berkorelasi, sehingga gabungan telapak tangan kanan dan kiri dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi sistim pengenalan. Selain itu, telapak tangan juga tidak dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan kesukuan.
Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Udayana Bali, menyampaikan hal tersebut saat ujian doktor di Sekolah Pascasarjana UGM, hari Sabtu, (27/1). Promovendus mempertahankan desertasi berjudul “ Metode Fraktal Untuk Sistem Pengenalan Biometrika Telapak Tanganâ€, dengan promotor Prof Adhi Susanto MSc PhD dan ko-promotor Drs Agus Herjuko MSc PhD serta Dr Ir Thomas Sri Widodo DEA.
Dari penelitiannya, I Ketut Darma Putra berkesimpulan bahwa telapak tangan merupakan biometrika yang memiliki tingkat akurasi sangat tinggi untuk mengenali seseorang. Sementara, metode fractal yang dipergunakan pada penelitiannya mampu menghasilkan unjuk kerja sistem pengenalan telapak tangan yang handal, serta mampu menghemat pemakaian ruang hardisk dengan tingkat penghematan yang tinggi.
“Selain itu, biaya alat yang digunakan untuk sistim online relatif murah,†ujar Ketut Darma Putra.
Setelah mempertahankan desertasinya, pria kelahiran Mengwitani Bali, 24 April 1974 ini, dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude sekaligus meraih gelar doktor bidang ilmu teknik dari UGM.
Hasil penelitian I Ketut Gede Darma tentu memberikan manfaat, terutama aplikasi di bidang pemerintah, forensik maupun komersial, yaitu pembuatan aplikasi-aplikasi berbasis biometrika telapak tangan. Sebagai contoh, pembuatan KTP nasional, SIM, Kartu Kredit yang didalamnya memakai informasi atau kode telapak tangan, sistim absensi, akses ATM, akses data rekam medis, akses ke dalam suatu ruangan, identifikasi kejahatan dan teroris, meningkatnya keamanan karena aplikasi-aplikasi online di internet serta aplikasi-aplikasi lainnya.
“Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan dunia biometrika di negeri tercinta Indonesia, tidak hanya menggunakan teknologi biometrika pihak luar, tapi mampu menciptakan sendiri,†tandas Ketut Darma Putra berharap. (Humas UGM).