Kurniatun, A.Md., S.I.P tak henti-hentinya mengucap syukur setelah dinyatakan sebagai arsiparis terbaik dalam malam Insan Berprestasi UGM dalam rangka Dies ke-71 UGM, Rabu malam (4/11). Ia merasa bersyukur karena kerja keras dan pengabdiannya sebagai arsiparis selama ini mendapat apresiasi dari Universitas Gadjah Mada.
Dalam melaksanakan pekerjaan, Kurniatun memang dikenal sebagai pribadi yang tidak pernah merasa bosan. Ia terus menerus setia mendampingi arsip unit kerja di lingkungan UGM.
Dengan tekun, telaten dan penuh kesabaran, ia berusaha meyakinkan pimpinan setiap unit kerja di UGM soal arti penting kearsipan, dan sebagai hasilnya maka pengelolaan arsip unit kerja pun terlihat semakin tertata dan baik.
“Bisa dilihat arsip unit kerja semakin membaik, dari yang sebelumnya tidak teratur menjadi teratur dan terbentuk Records Center di unit kerja,” ujar Kurniatun, di Kampus UGM, Jum’at (6/11).
Bahkan terkait proses pendampingan arsip unit kerja ini, ia sudah pernah menulis dalam sebuah Artikel yang diterbitkan oleh “Diplomatika: Jurnal Kearsipan Terapan”, Sekolah Vokasi UGM dengan judul “Pembinaan Arsip Unit Kerja sebagai Upaya Penyelamatan Arsip Unit Kerja” (link artikel jurnal https://doi.org/10.22146/diplomatika.39562).
Ia tak segan-segan sering memberikan masukan untuk perbaikan dan pengembangan di Kantor Arsip UGM, misalnya memberikan masukan pengembangan aplikasi untuk layanan arsip agar arsip yang dicari user bisa ‘muncul’ sehingga memudahkan user dalam menentukan arsip mana saja yang akan di akses.
“Dan terkait pandemi covid-19, ini sebaiknya UGM membuat kebijakan yang mengharuskan semua unit kerja di lingkungan UGM untuk menyerahkan arsip di lingkungan UGM kepada Arsip UGM agar arsip-arsip yang dimiliki terselamatkan,” ucapnya.
Selain melaksanakan pekerjaan rutin sebagai arsiparis, pengolahan arsip, penyimpanan arsip, pemeliharaan arsip, layanan arsip, pengolahan informasi arsip dan penyusutan arsip serta pendampingan arsip unit kerja, ia masih sempatkan menjalani pekerjaan lain sebagai Redaktur Khazanah: Jurnal Pengembangan Kearsipan, pendampingan terhadap mahasiswa magang/PKL di Arsip UGM, menilai berkas DUPNK arsiparis lingkup UGM, penerbitan naskah sumber, dan lain-lain.
Tidak mengherankan jika ia pernah meraih juara II Lomba Karya Tulis Bidang Kearsipan Tahun 2016 Tingkat Nasional Kategori Sumber Daya Manusia Kearsipan yang diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia. Judul naskah yang diangkat saat itu “Arsip Terawat, Memori Kolektif Bangsa Selamat”
“Saya punya kepuasan tersendiri ketika bisa menyelamatkan arsip melalui pengolahan arsip, pendampingan dan akuisisi arsip dari unit kerja di lingkungan UGM. Juga dapat menyajikan arsip dengan cepat untuk user, apalagi untuk kepentingan pembuatan perencanaan atau bahan untuk membuat keputusan,” urainya.
Meski begitu, ia merasa sedih jika masih ada pihak-pihak yang masih menganggap pekerjaan arsip itu tidak begitu penting. Bahkan, menilai pekerjaan kearsipan hanya sebagai pekerjaan sampingan.
“Ini yang kadang menimbulkan masalah di kemudian hari, mereka tidak pernah membayangkan bagaimana jika di saat dibutuhkan arsip sukar ditemukan, atau hilang dan sebagainya,”imbuhnya.
Menjadi arsiparis terbaik UGM saat ini, menurutnya, sebagai buah pekerjaan ia tekuni sekian lama. Ia mengaku telah sejak kuliah di D3 Kearsipan UGM merasa “jatuh cinta” dengan arsip. Pada tahun 2004 UGM membuka lowongan CPNS untuk formasi dari D3 Kearsipan, ia pun mendaftarkan diri dan mengikuti seleksi.
“ Alhamdulillah lolos dan diterima CPNS sebagai Teknisi TURT dpk Arsip UGM. Meski pekerjaan arsiparis sudah saya lakukan sejak tahun 2005, namun status sebagai arsiparis baru pada tahun 2011,” terangnya.
Ia berpandangan digitalisasi arsip saat ini sangat mendesak untuk dilakukan. Kantor Arsip UGM pun terus melakukan ini agar dapat mendukung kecepatan layanan arsip dan untuk melindungi fisik arsip. Menurutnya, saat ini layanan arsip dituntut serba cepat dan tepat. Meski begitu, belum semua arsip dialihmedia ke dalam bentuk digital.
“Oleh karena itu, semua arsip harus dialihmediakan agar dapat dengan cepat disajikan pada saat diperlukan. Apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 ini, layanan akses arsip secara langsung/ tatap muka dikurangi sehingga layanan arsip secara elektronik akan semakin banyak,” pungkasnya.
Penulis : Agung Nugroho