Di tengah pandemi Covid-19, Tim Rampoe UGM berhasil menorehkan prestasi seni tari di tingkat internasional. Rampoe UGM, sebuah komunitas tari Aceh yang berasal dari Universitas Gadjah Mada, berhasil mendapatkan 1st Winner & Gold Diploma dan The Best Dynamics on The Stage dalam ajang International Online Dance Competiton.
Kompetisi yang diadakan secara daring oleh Folklore Festival Assosiation ini berlangsung 1 September 2020-30 Oktober 2020 diikuti oleh 50 tim dari 25 negara. Beberapa negara yang meramaikan kompetisi ini, antara lain Romania, Kroasia, Slovakia, Turki, Kanada, Malaysia, Mexico, dan Rusia.
Folklore Festival Assosiation yang mengadakan kompetisi tersebut merupakan asosiasi seni tari internasional yang berbasis di Macedonia dan Serbia. Asosiasi yang telah berdiri sejak 2003 ini telah mengadakan berbagai festival di berbagai negara, seperti Spanyol, Serbia, Yunani, Inggris, Rusia, Jerman, dan masih banyak negara lainnya.
Wakil ketua Rampoe UGM, Ken Istifarni, mengungkapkan dalam kompetisi kali ini, Rampoe UGM membawa Tari Ratoeh Pukat. Tari Ratoeh Pukat merupakan gabungan antara Tari Ratoeh Jaroe dan Tari Pukat.
Tari Ratoeh Jaroe merupakan tari yang menggambarkan kehidupan masyarakat Aceh yang menjujung tinggi solidaritas. Sedangkan Tari Pukat merupakan tarian yang menggambarkan kehidupan nelayan saat menjaring ikan di laut, yang merepresentasikan masyarkat Aceh pesisir yang bekerja sebagai nelayan.
“Tentu saja kami senang dengan raihan prestasi ini, tapi yang pasti Rampoe UGM terus berusaha untuk menyebarkan budaya Indonesia, khususnya budaya Aceh, baik dalam tingkat nasional maupun internasional,” katanya di Kampus UGM, Jumat (13/11).
Dijelaskannya, International online dance competition merupakan lomba tari daring perdana yang diadakan oleh Folklore Festival Assosiation. Kompetisi ini digelar karena terkait kondisi pandemi yang dihadapi masyarakat dunia saat ini. Jika tidak ada pandemi maka Folklore Festival Assosiation rutin mengadakan lomba atau festival di beberapa negara, seperti Rusia, Spanyol, Itali, dan lainnya.
“Ya, Rampoe UGM rutin mengikuti berbagai lomba atau festival baik di dalam negeri maupun luar negeri, entah di saat pandemi atau tidak,” ujar Ken Istifarni, mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya UGM angkatan 2017.
Mengingat situasi pandemi, Ken mengaku persiapan Rampoe UGM untuk lomba kali cukup singkat. Tim Rampoe UGM baru mengetahui informasi tentang lomba ini dua hari sebelum penutupan registrasi.
“Rampoe bergegas mengadakan rapat secara daring dan memutuskan untuk mendaftarkan diri. Dan kami putuskan Tari yang ditampilkan adalah Ratoeh Pukat, merupakan gabungan dari Tari Ratoeh Jaroe dan Ratoeh Pukat dengan melibatkan 16 penari dan 4 pemusik,” terangnya.
Lebih lanjut, Ken menjelaskan karena panitia penyelenggara mempersilakan para peserta bisa menggunakan video produksi 5 tahun terakhir maka Tim Rampoe UGM akhirnya hanya memilih video dari beberapa dokumentasi penampilan yang pernah dilakukan. Meski begitu, Rampoe masih juga sering membuat video menari baru untuk keperluan kompetisi tari lainnya.
“Ya karena di tahun ini Rampoe cukup aktif mengikuti lomba virtual lainnya. Persiapan total untuk lomba ini berlangsung selama 2 hari. Tidak ada latihan karena kita hanya mengambil video dari tahun-tahun sebelumnya,” papar Ken.
Menurut Ken Istifarni dengan kompetisi secara offline menjadikan Tim Rampoe UGM lebih kenal dan dekat dengan panitia penyelenggara karena intensitas komunikasi. Kedekatan ini menjadikan Rampoe UGM memiliki relasi baru, dan berkesempatan melestarikan dan mengenalkan kebudayan Indonesia ke kancah dunia.
“Kebiasaan kami adalah selalu tergesa-gesa dalam mengikuti setiap alur pendaftaran. Tapi hal itu kami jadikan tantangan yang bisa membuat kami menjadi lebih bersemangat. untuk lomba kali ini, kompetitor cukup berat adalah Russia. Mereka menampikan tari ballet tradisional dengan koreografi yang bernama Zadumka,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho