Kelompok Relawan Sehat RW 4 Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Kraton melaksanakan lauching dapur gizi balita pada Kamis (12/11). Launching dapur gizi balita dilakukan ibu Wakil Walikota Yogyakarta, drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM. Turut hadir Camat Kraton, Kepala Puskesmas Kraton, Lurah Kadipaten beserta jajarannya, dan mahasiswa KKN-PPM UGM periode 3 Unit YO288 sebagai kelompok yang menginisiasi kegiatan ini.
Launching dapur gizi balita sebagai upaya mencegah stunting dan menjaga pertumbuhan balita khususnya di RW 4 Kelurahan Kadipaten. Semangat yang dibawa dalam program ini adalah kegotong royongan, dan membagi kepada yang membutuhkan dengan jargon “Ngluwihi Mbagehi”.
Drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM mengapresiasi usaha pembuatan dapur gizi dan berharap program ini dapat terjaga keberlanjutannya. Harapan ini juga menjadi harapan para pejabat lainnya yang hadir agar mahasiswa dapat mengawal dapur gizi sampai berakhirnya kegiatan KKN.
“Agar masyarakat yang tergabung dalam Relawan Sehat dapat menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal sehingga tidak ada balita yang gagal tumbuh di RW 4 Kelurahan Kadipaten,” ucap Soetji Rahajoe.
Menurut Soetji, balita termasuk ke dalam salah satu kelompok rentan karena tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Kualitas hidup balita berhubungan erat dengan kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan berkualitas.
Di masa pandemi ini telah terjadi penurunan kualitas hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami penurunan signifikan menjadi salah satu penyebab dan berimplikasi pada penurunan gizi balita yang jika tidak dicegah dapat mengakibatkan kondisi stunting.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Data kementerian kesehatan tahun 2018 menunjukkan 20 persen anak di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menderita stunting. Kondisi gagal tumbuh ini dapat mengganggu pertumbuhan otak sehingga memengaruhi kemampuan dan prestasi anak, menghambat produktivitas dan kreativitas yang menentukan masa depan anak,” terangnya.
Melihat kondisi tersebut, kader Posyandu RW 4, bekerja sama dengan ibu-ibu PKK membentuk Relawan Sehat. Setiap relawan mengurus delapan balita dari lahir hingga usia 60 bulan. Mereka mengikuti perkembangan balita dengan mencatat berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas secara rutin setiap satu bulan sekali.
Data yang terkumpul kemudian diberikan kepada Puskesmas Kraton. Sayang, belum ada pedoman mekanisme pemberian edukasi dan evaluasi kepada keluarga terhadap trend pertumbuhan anak.
Oleh karena itu, kelima mahasiswa KKN UGM yaitu Alif Indiralarasati, Likuidita Yona, Gabriela Ivana, Brigitta Beata dan Bety Oktaviani lantas membuat brosur program dan melakukan konseling secara eksklusif bersama Relawan Sehat. Konsuling terdiri dari proses evaluasi serta edukasi kepada keluarga yang didasarkan pada KMS (Kartu Menuju Sehat) milik masing-masing balita dan disesuaikan dengan standar WHO sebagai pedoman pertumbuhan anak.
“Pengenalan kepribadian anak dan kemampuan sosial ekonomi keluarga sangat penting untuk menyelesaikan permasalahan terkait gizi balita. Di akhir sesi, balita kemudian mendapatkan kotak makan sehat yang sesuai dengan anjuran kemeterian kesehatan tentang keseimbangan gizi,” ujar Alif Indiralarasati.
Sosialisasi Kesejahteraan Lansia
Sementara itu, Tim KKN-PPM UGM Periode 3 Unit YO-288 mengadakan sosialisasi kesejahteraan untuk lansia di Kampung Taman, Kelurahan Patehan pada hari Rabu (14/11). Sosialisasi dilakukan di SMP Negeri 16 Yogyakarta dihadiri Ketua Kampung Taman, Ketua LPMK Kelurahan Patehan, Perwakilan PKK Kampung Taman dan perwakilan Karang Taruna Kelurahan Patehan.
Kegiatan ini digelar mahasiswa KKN UGM bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam pendampingan lansia yang termasuk kelompok rentan. Acara dilaksanakan dengan protokol kesehatan dengan menyediakan tempat cuci tangan, wajib bermasker, pengecekan suhu dan pengaturan jarak dengan sirkulasi ruang dua arah serta pembatasan jumlah peserta.
Sebagai narasumber Astri Wulandari, S.Pd, pengurus LSM FOPPERHAM yang merupakan lembaga pelaksana Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 38 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Lansia. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan pesan bertajuk “Bertemu itu Rabuk Nyawa”.
Terlihat, betapa penting aspek sosial dalam kesejahteraan lansia, terutama di masa pandemi Covid-19 saat ini. Diperlukan optimalisasi perhatian terhadap lansia dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Program sosialisasi diinisiasi oleh Nando dan Gustav, dua mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM. Keduanya juga memperkenalkan olahraga “30 detik bertepuk tangan” tanpa henti sebagai aktivitas fisik sederhana yang bisa dilakukan secara rutin oleh para lansia.
Keduanya juga menyampaikan materi soal kesadaran akan penyakit degeneratif, aktivitas fisik yang sesuai untuk lansia, soal gangguan tidur (insomnia) pada lansia dan kerentanan lansia pada pandemi Covid-19.
“Kami coba kemas secara menarik dan interaktif dengan melibatkan para peserta, seperti mengajak mereka menyanyi lagu “Lansia Sehat Bahagia gubahan Dr. Dr. Proboseno, Sp.PD-KGER,” ujar Nando.
Dengan sosialisasi ini, Nando berharap dapat meningkatkan kesadaran pentingnya memberi perhatian pada lansia. Gerakan Sapa Lansia dan Optimalisasi Komisi Lansia merupakan salah satu upaya mewujudkan kesejahteraan lansia, sekaligus merealisasikan Kota Yogyakarta sebagai “Kota Ramah Lansia”. Secara khusus di Kampung Taman, Patehan kelak diharapkan mampu menggerakkan generasi muda untuk turut dalam memberi dukungan dan perhatian lebih pada lansia.
Penulis : Agung Nugroho