Paper ID:243 dari Fakultas Teknik UGM berhasil meraih best paper dan best speaker pada ajang International Confrence on Sustainable Civil Engineering Structures and Construction Materials (SCESCM) yang berlangsung di Malaysia. Internasional Confrence on Sustainable Civil Engineering Structures and Construction Materials merupakan konferensi berskala internasional yang diadakan setiap dua tahun sekali.
Pada tahun ini the 5th SCESCM diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Mara, Malaysia. Mengangkat tema “Transforming The World, Foster The Suistenable Development Goals”, SCESCM kali ini sebagai forum berdiskusi antar peneliti, praktisi, dan akademisi di bidang teknik sipil untuk menunjang tujuan pembangunan berkelanjutan.
“SCESCM 2020 kali ini diikuti oleh 280 pemakalah dari berbagai universitas dan negara di dunia,” ujar Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D, di Fakultas Teknik UGM, Selasa (19/1).
Ia menjelaskan SCESCM 2020 terdiri dari dua tahap, yaitu paper submission dan konferensi. Tahap paper submission dilaksanakan hingga 31 Juli 2020, dan paper yang telah lolos review kemudian diusulkan untuk mengikuti konferensi yang diadakan pada 8-9 Desember 2020.
“SCESCM 2020 memberikan penghargaan untuk dua kategori, yaitu best paper dan best speaker, dan dua-duanya kita raih,” jelasnya.
Tim Paper ID:243 Fakultas Teknik UGM terdiri dari Andika Monanta Emilidardi, Angga Fajar Setyawan, S.T., M.Eng., Ph.D., Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D., Prof. Ir. Iman Satyarno, M.E., Ph.D, dan Mukhlis Sunarso, S.T., M.T. Paper ID:243 membahas soal perancangan perangkat peredam gempa multi arah.
Perangkat peredam gempa tersebut bernama Finned Tubular Shear Panel Damper (FTSPD). Konsep FTSPD yaitu menggunakan material daktail yang mampu mempertahankan post-yield stiffnesnya saat fase plastis.
“Tujuannya agar FTSPD dapat tetap stabil dalam mendisipasi energi gempa sehingga struktur bangunan yang dilindunginya tetap bertahan. Setelah melalui tahap-tahap yang telah dilaksanakan, tim UGM pada akhirnya mendapatkan penghargaan best paper pada the 5th SCESCM 2020,” ucapnya.
Andika Monanta Emilidardi menambahkan perancangan perangkat FTSPD ini bertujuan untuk meredam dan mendisipasi gempa dari berbagai arah sehingga reaksi gaya dan momen dalam struktur akibat gempa dapat berkurang. Menurutnya, energi gempa yang mengenai struktur didisipasi oleh perangkat peredam gempa.
“Prinsip dari peredam gempa Hysteresis FTSPD adalah memanfaatkan sifat plastis material. Oleh karena itu, digunakan material baja yang memiliki daktalitas baik untuk menjaga kestabilan perangkat saat mendisipasi energi gempa sehingga energi gempa yang diserap oleh perangkat dapat besar. Bentuk geometri tabung dipilih untuk mengakomodasi beban gempa dari berbagai arah,” katanya.
Andika menjelaskan ide merancang desain FTSPD adalah sebagai kompomen yang mendisipasi energi paling besar pada bangunan. Caranya adalah FTSPD dibuat lebih lemah dari komponen struktur lainnya karena keruntuhan mencari komponen struktur yang terlemah.
Karenanya FTSPD didesain memiliki kapasitas energi disipasi yang lebih besar dari komponen struktur lain. Dengan seperti ini maka diharapkan energi gempa sebagian besar diserap oleh FTSPD sehingga kerusakan pada struktur bangunan akibat gempa berkurang.
Meski begitu, Andika mengakui untuk saat ini manfaat secara langsung dari perancangan perangkat ini belum ada karena memang belum diimplementasikan secara langsung pada bangunan. Perancangan perangkat ini masih terus berproses, hanya saja hasil pengujian telah menunjukkan bahwa FTSPD memenuhi ekspektasi sebagai peredam gempa karena memenuhi standar kriteria yang ada.
“Harapannya di masa pendatang implementasi FTSPD dapat mengurangi kerusakan dan risiko bencana gempa bumi pada bangunan,” terangnya.
Untuk membuat perangkat FTSPD ini nantinya memakan biaya 1 juta rupiah sehingga alat ini bisa dipasang di setiap daerah. Dengan harga yang cukup terjangkau menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki perangkat ini.
“Ini hanya sekitar 1 jutaan rupiah, sangat murah dibandingkan dengan peredam gempa lead rubber bearing yang berharga berkisar puluhan hingga ratusan juta. Sayangnya saat ini masih tahap pengujian eksperimen,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Tribunnews.com