Agrowisata Kebun Buah Nawungan mulai dibangun pada Tahun 2013. Di lahan seluas 35 hektare ini dibudidayakan berbagai bibit buah seperti durian, alpukat, rambutan, kelengkeng, serta sirsak. Menggunakan sistem agroforestri, tanaman pangan seperti padi gogo, jagung, kacang tanah dibudidayakan di sela-sela tanaman buah. Sementara itu, tanaman kayu-kayuan yaitu jati dan sonokeling dibudidayakan di batas lahan.
Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng, menyebutkan pengembangan kebun buah Nawungan ditujukan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Selopamioro. Adapun lahan kebun buah dikelola oleh petani dusun Nawungan 2.
“Pendampingan kelompok tani buah telah dilakukan sejak tahun 2015 untuk meningkatkan kapasitas budi daya tanaman buah-buahan oleh Dinas Pertanian Pangan, Kelautan dan Perikanan dan DTPB FTP UGM,” ungkapnya.
Lebih lanjut Lilik menyampaikan jika pihaknya mendampingi warga Selopamioro sejak tahun 2015 dalam skema pengabdian masyarakat. Selanjutnya di tahun 2019 DTPB FTP UGM bekerja sama dengan Yanmar Environment Sustainable Support Association (YESSA) Jepang untuk pengembangan “Agri-environmental Edu Techno Park”. Fokus kegiatan yang dijalankan adalah pengembangan wisata berbasis teknologi pertanian ramah lingkungan di Kabupaten Bantul khususnya di Desa Selopamioro dan Sriharjo Kecamatan Imogiri.
Dalam upaya mempercepat pengembangan kebun buang Nawungan dilaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bantul dengan fokus Program Premium Kebun Buah (KB) Nawungan Selopamioro – Imogiri pada 27 Januari 2021 lalu. Rakor tersebut sebagai bentuk tindak lanjut FDG yang telah dilaksanakan pada bulan Desember 2020. Pada kesempatan itu, Lilik mempresentasikan konsep Smart Integrated Agrotourism untuk Pengembangan Agrowisata Terpadu di Selopamioro Bantul.
Penulis: Ika