Dokter yang memberikan layanan onkologi memiliki peran yang sangat penting dalam merujuk pasien ke perawatan paliatif. Salah satu penyebab rendahnya rujukan adalah belum tersedianya kriteria kebutuhan perawatan paliatif.
Di Indonesia rujukan pasien kanker ke perawatan paliatif masih rendah. Pada tahun 2015, WHO menetapkan perawatan paliatif sebagai salah satu dari enam program prioritas penatalaksanaan NCDs (WHO, 2015), namun sampai saat ini perawatan paliatif belum berkembang dengan baik.
Pada tahun 2014 lebih dari 29 juta pasien yang meninggal memerlukan perawatan paliatif. Sebanyak 94 persen adalah pasien dewasa dan 34 persen di antaranya meninggal karena kanker.
Di seluruh dunia, 20 juta orang yang memerlukan perawatan paliatif tidak mendapatkannya. Kebutuhan perawatan paliatif bagi pasien kanker di masa mendatang tentunya akan semakin meningkat seiring meningkatnya angka kejadian dan kematian penyakit ini.
“Sampai saat ini 80 persen kebutuhan perawatan paliatif berada di negara sedang berkembang, namun sebagian besar perawatan paliatif tersedia di negara maju,” ujar Dr. Maria Astheria Witjaksono, MPALLC(FU), PC physician, Head of Palliative Care Unit, “Dharmais” National Cancer Center, Jakarta, Kamis (11/2) saat melaksanakan Ujian Terbuka Program Doktor FKKMK UGM.
Menurut Maria Astheria integrasi perawatan paliatif di bidang onkologi memberikan banyak manfaat bukan hanya bagi pasien, tetapi bagi keluarga dan layanan kesehatan, termasuk dalam hal pembiayaan. Sayang hingga saat ini belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari jumlah rujukan ke perawatan paliatif yang masih rendah.
Dalam bidang onkologi tidak adanya kriteria rujukan ke perawatan paliatif yang terstandardisasi telah menimbulkan ketidaktahuan siapa yang memerlukan perawatan paliatif serta ketidakpastian kapan waktu yang tepat. Hal tersebut membuat diagnosis stadium terminal dan akhir kehidupan bukanlah hal yang mudah sehingga menyebabkan rendahnya rujukan ke perawatan paliatif.
“Oleh karena itu, penelitian dalam disertasi ini bertujuan untuk mengeksplorasi makna yang dimiliki dokter dalam merujuk pasien ke perawatan paliatif, mengetahui implikasi makna tersebut dalam pengambilan keputusan merujuk ke perawatan paliatif, menyusun kriteria perawatan paliatif, dan mengukur pengaruh aplikasi kriteria tersebut terhadap kualitas layanan pasien kanker dewasa yang memerlukan perawatan paliatif,” katanya saat mempertahankan disertasi berjudul “Kriteria Kebutuhan Perawatan Paliatif dalam Tata Laksana Pasien Kanker di Indonesia: Sebuah Kajian Multidisiplin”.
Hasil penelitian Maria memperlihatkan terdapat dua makna merujuk ke perawatan paliatif bagi dokter yang bekerja di bidang onkologi, yaitu makna sebagai profesional dan makna sebagai pribadi/personal. Keduanya dapat menjadi motivasi atau penghambat dalam merujuk ke perawatan paliatif.
Konflik yang muncul antara kedua makna tersebut menimbulkan dilema dalam merujuk pasien ke perawatan paliatif. Kriteria perawatan paliatif pada pasien kanker dewasa tersusun dalam instrumen identifikasi kebutuhan perawatan paliatif yang memiliki dua indikator, yaitu 15 indikator medis dan 5 indikator non-medis. Aplikasi instrumen identifikasi kebutuhan perawatan paliatif dapat meningkatkan layanan pasien kanker dewasa yang membutuhkan perawatan paliatif, yaitu meningkatkan kualitas hidup (mean 0.17, SD+ 1.57 vs 1.53 SD+ 1.88, p value < 0.001), meningkatkan pasien dengan status DNR (28% vs 92,5%, p value < 0.001) dan menurunkan kunjungan pasien terminal ke IGD (24% vs 20%, p value < 0.001).
“Validitas instrumen telah diuji dan aplikasi instrumen terbukti meningkatkan kualitas hidup, jumlah status DNR dan menurunkan kunjungan IGD pasien kanker terminal. Saya berharap penerapan kriteria ini dapat mengatasi dilema dokter dalam merujuk ke perawatan paliatif dan meningkatkan layanan paliatif pasien kanker,” tuturnya.
Ia juga berharap hasil penelitiannya dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas penatalaksanaan pasien kanker dewasa yang memerlukan perawatan paliatif. Selain itu, perlu melakukan sosialisasi instrumen identifikasi kebutuhan perawatan paliatif bagi pasien kanker dewasa kepada petugas kesehatan di rumah sakit.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : cantik.tempo.co