FKKMK UGM membuka GeNose Center untuk melayani pengetesan Covid-19. Fasilitas tersebut secara resmi dibuka semenjak soft launching yang diselenggarakan Senin (15/2) lalu. Pelayanan ini terbuka tidak hanya bagi sivitas FKKMK ataupun UGM saja, melainkan bagi seluruh masyarakat umum. Mereka dapat mendaftar dengan mengisi formulir di tautan http://ugm.id/tesGenose dan membayar tarif berkisar Rp25 ribu – Rp40 ribu.
Anggi Lukman Wicaksana, perwakilan Tim GeNose Center FKKMK UGM, mengungkapkan semenjak dibuka fasilitas pengetesan ini mendapat respons yang baik dari berbagai pihak. Ia menjelaskan bahwa sampai hari ini mereka telah melayani pengetesan mahasiswa atau staf tidak hanya dari FKKMK saja, melainkan juga dari Teknik, Kedokteran Gigi, Farmasi, dan Tim Satgas Covid-19 UGM. Ia juga menyebut beberapa masyarakat luar UGM juga memanfaatkan pelayanan.
“Ketika awal dibuka, hanya 5-10 orang saja yang periksa. Namun, dari hari ke hari ada kecenderungan peningkatan permintaan. Beberapa juga ada yang langsung datang ke lokasi, tetapi tidak kami layani karena mengingat kuota harian yakni sekitar 60 orang,” ujarnya.
Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., Dekan FKKMK UGM, menerangkan kuota harian tersebut berdasarkan kemampuan dari alat GeNose itu sendiri. Alat tersebut mampu mengetes 20 orang dalam satu jamnya karena jam operasional yang ditentukan adalah 3 jam maka total sehari bisa 60 orang.
“Kuota harian tersebut ditentukan karena ketersediaan alat hanya satu. Satu itu merupakan pemberian dari universitas. Kami sekarang tengah mengusahakan sendiri untuk menambah satu atau dua alat lagi ini agar kuota pelayanan juga bisa bertambah,” tuturnya.
Lebih lanjut Prof. Ova menjelaskan bahwa alasan utama dari pembukaan GeNose Center ini adalah untuk kebutuhan dari karakteristik pembelajaran di FKKMK. Tepatnya, ia menyebut di FKKMK, pembelajarannya dekat dengan penyakit, termasuk Covid-19. Selain itu, adanya fasilitas ini juga dimanfaatkan untuk sivitas FKKMK bermobilisasi secara aman.
“Kita bahkan menggratiskan bagi sivitas FKKMK yang memiliki surat tugas untuk pergi ke luar kota. Selain itu, dalam pengoperasian, mahasiswa kita libatkan sebagai bagian dari pemenuhan kompetensi mereka. Jadi, hadirnya fasilitas ini bukan berarti kita manfaatkan untuk bisnis, meskipun terbuka untuk umum. Namun, lebih untuk memastikan keselamatan dan pembelajaran untuk peserta didik serta sivitas FKKMK,” terangnya.
Terakhir, Prof. Ova berharap langkah dari FKKMK ini dapat dijadikan contoh bagi fakultas atau institusi lainnya. Hal itu karena dengan semakin banyaknya pembukaan fasilitas pengetesan, terutama yang murah dan mudah seperti GeNose ini maka semakin banyak pula status masyarakat kita yang diketahui.
“Kami sebagai institusi kedokteran mendukung hal tersebut. Dengan demikian, kita dapat melatih dan menjaga orang jadi merasa terlindungi serta melindungi orang lain di sekitarnya,” pungkasnya.
Penulis: Hakam