Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM menyelenggarakan pagelaran Wayang bertajuk “Babad Pageblug” pada Rabu (10/3) malam lalu. Pagelaran ini merupakan salah satu bagian dari agenda Dies Natalis FIB UGM ke-75.
Alkisah di kerajaan Bonbinegaran terdapat seorang pangeran bernama Raden Kewer yang baru saja kembali dari menimba ilmu di seberang. Ia selama ini memadu kasih dengan Putri Gabro, anak kesayangan raja di kerajaan Kansasdiningrat dan berjanji melamar kekasihnya tersebut sepulangnya dari rantau mencari ilmu.
Namun, yang terjadi ternyata Raden Kewer pulang tertular virus mematikan dari negeri seberang. Lamarannya pun ditolak oleh Kerajaan Kansasdiningrat karena tidak mau menerima pembawa virus. Akibatnya, perang hampir saja terjadi antara Bonbinegaran dan Kansasdiningrat.
Sang punakawan kemudian menyarankan agar Raden Kewer mencari jamu penawar virusnya. Bertemulah Raden Kewer dengan dukun yang mengaku mampu membuat jamu penawar virus. Namun, ternyata jamu penawar yang dijual tersebut palsu, dan mengakibatkan efek samping bagi peminumnya. Ketika wabah sudah menyebar merajalela. Timbul niat busuk dukun untuk berbisnis jamu penawar.
Topik yang diangkat, menurut Paksi Raras Alit, sutradara sekaligus penulis naskah babak ini, disesuaikan dengan kondisi pandemi sekarang. Hal itu tepatnya ketika virus Covid-19 mewabah di seluruh dunia dan kini tengah disibukkan dalam upaya vaksinasi yang penuh pro dan kontra.
Para pemainnya adalah Anang Batas (Togog), Danang Marto Paidi (Mbilung), Bambang Gundul (Raden), Kewer Alit Jabangbayi (Pangeran Gelanggang), Stani Ste sebagai (Putri Gabro), Gundhissos (Dukun Lembah), dan Didik Nini Thowok (Ibu Ratu Kansasdiningrat). Selain itu, hadir pula Sastro Moeni yang menampilkan musik selama acara.
Penulis: Hakam