Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof. Dr. dr. Agus Supartoto, Sp. M(K)., dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata. Upacara pengukuhan Guru Besar ini dilakukan Kamis (1/4) di Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Pada pidato pengukuhan Guru Besar, Agus Supartoto menyampaikan pidato yang berjudul Peran Biopsi Cair pada Keganasan Mata sebagai Penegakan Diagnosis Masa Depan.
Agus Supartoto mengatakan penderita kanker mata di Indonesia selalu meningkat. Meski laporan belum tercatat secara baik, namun diketahui di RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar, ditemukan ada 70 kasus sepanjang tahun 2014-2016. Selanjutnya di Dr Soetomo Surabaya ditemukan 44 kasus sejak tahun 2010-2012. Lalu, di RS Sardjito Yogyakarta ditemukan 51 kejadian retino blastoma dan 40 kasus orbito-cranial meningioma sejak 2012-2017.
Penderita kanker mata menurutnya dapat mengalami gejala atau tanda yang berhubungan dengan penglihatan mulai dari gangguan tajam penglihatan, kehilangan sebagian lapang penglihatan, terdapat kilatan cahaya, adanya bintik-bintik, dan melihat adanya garis berlekuk-lekuk. Kanker pada bagian dalam bola mata dapat secara langsung mengakibatkan gangguan penglihatan ringan hingga kebutaan. Hal itu akibat peningkatan tekanan di dalam bola mata dan adanya tumor pada bola mata. “Penekanan langsung massa tumor pada otot dan saraf mata dirongga orbita juga mengakibatkan gangguan gerak bola mata hingga kebutaan,” katanya.
Menurut Agus Supartoto, penanganan keganasan mata memang sangat tergantung pada lokasi, jenis dan tingkat keparahannya. Oleh karena itu, deteksi dini merupakan hal yang penting. “Deteksi dini akan berdampak pada terapi yang efisien dan efektif bagi keganasan mata. Sudah banyak dari alat deteksi dini yang sudah ditemukan, namun memerlukan prosedur yang cukup invasif sehingga kegunaannya dalam praktik sehari-hari sering ditangguhkan,” katanya.
Namun demikian, biopsi cair merupakan upaya deteksi dini kanker mata karena telah digunakan untuk beberapa jenis keganasan mata. Biopsi cair dianggap potensial menjadi alat skrining hingga pemantauan perjalanan penyakit serta respons terapi dari berbagai keganasan. “Biopsi cair melalui pengambilan sampel darah yang digunakan untuk diagnosis atau memantau status penyakit pasien kanker secara berkala dapat dilakukan setiap saat,” ujarnya.
Meskipun biopsi cair menunjukkan kemajuan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir, namun sejauh ini analisis biopsi cair masih jarang diterapkan dalam pengujian pasien. “Sejauh ini biopsi cair dinilai sangat menjanjikan dalam melakukan diagnostik kanker di masa depan,” katanya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Vino