Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Dompet Dhuafa Republika menjalin kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Kerja sama secara khusus difokuskan pada pengembangan teknologi pertanian, peternakan dan perikanan ditandatangani Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN.Eng., dan Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Nasyith Majidi.
“Alhamdullilah sudah kita tandatangani nota kesepahaman bersama antara Yayasan Dompet Dhuafa Republika dengan UGM. Kami ucapkan selamat dan terima kasih atas kerja sama yang kita sepakati, mudah-mudahan kerja sama ini dapat segera diisi dengan kegiatan-kegiatan riil di lapangan,” ujar Rektor di Balairung, Rabu (28/4).
Rektor mengatakan sebelum dilakukan penandatanganan kerja sama telah dilakukan diskusi-diskusi soal bantuan pengembangan pertanian di Kebumen. Harapannya jika nanti berhasil produk padinya maka akan ada industri-industri turunan yang akan bermanfaat dan memberikan kesejahteraan bagi para petani dan masyarakat sekitar Kebumen.
Hal ini seiring rencana pengembangan Kebumen yang akan dibangun pengeringan padi langsung. Dengan hadirnya alat ini maka setelah dilakukan panen di sawah tidak perlu lagi menunggu dijemur dengan cahaya matahari, tetapi pengeringan bisa dilakukan dengan pemanasan melalui biomassa.
“Biomassa tentang jerami atau yang lain-lain dengan menggunakan listrik sehingga masyarakat tidak perlu menunggu panas matahari untuk proses pengeringannya,” katanya.
Dengan berbagai bangunan alat yang nanti bisa terintegrasi sebagai proses pertanian maka tentunya akan membawa kepada kondisi yang lebih baik. Dari sisi pengolahan lahan maka bisa dilakukan pembinaan dan diberikan fasilitas untuk prosesnya.
Setelah padi bisa dipanen bisa langsung dikeringkan dan diolah menjadi beras. Setelah itu, beras bisa diolah lagi untuk dibuat tepung misalnya atau produk-produk lain yang secara berkesinambungan tentu akan lebih baik karena persolan petani yang sering kali dihadapi adalah di saat pasca panen.
“Mungkin persoalan pengeringan yang tidak baik, beras tidak baik seterusnya dan seterusnya. Karena itu, kita berharap tidak hanya pemberdayaan petani semacam itu, tetapi dengan berbagai kepakaran yang ada di UGM dan berbagai kepentingan untuk operasional yang ada di lapangan bersama Yayasan Dompet Dhuafa maka bisa dibuat banyak kegiatan yang langsung mengena, langsung mempunyai dampak pada masyarakat luas,” imbuh Rektor.
Menanggapi kerja sama ini, Nasyith Majidi, Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Republika, mengatakan bahwa kerja sama dimaknai sebagai pernyataan dan ketegasan niat untuk membuat kebaikan bersama, berkolaborasi antara Dompet Dhuafa dengan Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, banyak sekali kolaborasi yang memungkinkan untuk dikerjakan secara bersama dan menemukan titik-titik yang memang memiliki perhatian yang sama.
Ia menyampaikan bahwa Dompet Dhuafa tugas utamanya menjadi agregator kebaikan dari orang-orang baik dan menyalurkan niat baiknya dan yang paling khusus untuk meningkatkan derajat dan marwah para dhuafa dan fakir miskin. Itu merupakan tugas utama sehingga kerja sama ini menjadi titik awal apakah nanti memulainya dari pertanian yang akan dikerjakan di Kebumen atau yang lainnya.
“Saya kira banyak sekali karena UGM ini adalah kampus rakyat dan telah terbukti memberikan kontribusi yang besar terhadap negeri ini. Saya berharap kerja sama ini tidak berhenti disini tetapi akan ditindaklanjuti menjadi program-program yang segera bisa kelihatan impak sosialnya,” ucapnya.
Ia menyebut ada sejumlah masalah yang mengintai pertanian di saat krisis pandemi. Pertama, lahan sawah kian menyusut, dan BPS mencatat luas lahan baku sawah menurun dari 8,1 juta hektare pada 2015 menjadi 7,5 juta hektare empat tahun setelahnya. Kedua, upah sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan turun 5,95 persen akibat pandemi Covid-19.
Kondisi ini menjadi turun kedelapan terbesar dari seluruh lapangan usaha. Rata-rata upah pekerja di sektor tersebut sebesar Rp1.907.188 per bulan atau kedua terendah dari 12 lapangan pekerjaan utama yang ada.
“Artinya, sektor ini belum mampu sepenuhnya menjadi bantalan ekonomi dalam masa resesi. Minimnya kesejahteraan petani di kala pandemi tergambar dari nilai tukar petani (NTP) yang sempat menyentuh titik terendah pada Mei 2020 menjadi 99,47. Penyebabnya adalah penurunan indeks harga yang diterima petani (IT) lebih besar dari harga yang dibayar petani (IB). IT menurun 0,86 persen dan IB turun 0,01 persen dan petani terbilang sejahtera jika NTP menyentuh 100,” jelasnya.
Oleh karena itu, Dompet Dhuafa sebagai lembaga sosial kemanusiaan yang salah satu fokusnya dalam pemberdayaan masyarakat pra sejahtera, terutama di pedesaan, turut menyasar sektor pertanian, peternakan dan perikanan yang pelakunya banyak terhimpit masalah ekonomi (saat ini).
“Berbagai upaya dan inovasi dilakukan untuk menciptakan produktivitas hasil pertanian yang optimal. Dengan mengembangkan dan menumbuhkan skala ekonomi mereka dari aspek pertanian, peternakan dan perikanan yang digeluti secara lebih baik sehingga dampaknya lebih optimal,” terangnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto