Perubahan struktur keluarga dan siklus keluarga merupakan isu yang penting untuk diketahui. Dengan memahami isu tersebut kita dapat memproyeksikan kondisi kependudukan Indonesia ke depan sehingga dapat menanggapinya dengan kebijakan yang adaptif.
Struktur dan siklus keluarga tersebut berkaitan berkaitan erat dengan jumlah keluarga. Jepang dan China saat ini menghadapi isu jumlah kependudukan yang semakin menyusut. Menurut tim ahli Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Dr. Sukamdi, Indonesia nantinya akan mengalami tren struktur keluarga yang akan terus mengecil bahkan struktur keluarga tunggal bukanlah hal yang asing.
“Tren ini disebabkan oleh banyak faktor salah satunya bertambahnya perempuan yang berpendidikan sehingga memunculkan keputusan rasional untuk mengurangi jumlah anak agar mereka tetap bisa berkarier,”kata Sukamdi, Kamis (27/5).
Disamping itu, dalam konsep value of children, pada awalnya anak dianggap sebagai assets karena dapat berkontribusi terhadap perekonomian keluarga. Namun, saat ini terjadi pergeseran, anak dianggap sebagai burden karena keluarga harus mengeluarkan biaya pendidikan terlebih dahulu sehingga anak baru bisa untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian keluarga. Ini juga menjadi salah satu faktor penentu keputusan rasional dalam mengurangi jumlah anak yang dimiliki.
Melihat kondisi Indonesia saat ini, jelas Kamdi, sebenarnya urgensi kebijakan bukanlah terkait tren keluarga yang semakin mengecil, namun lebih kepada kebijakan yang dapat menjadikan angka fertilitas konstan.
“Melihat proyeksi kependudukan Indonesia, TFR (angka kelahiran total) berada pada angka yang konstan 2,1 harapannya ke depan akan ada titik tertentu kebijakan pemerintah Indonesia tidak lagi untuk menurunkan angka fertilitas, namun untuk menjaganya agar tetap konstan,” tambah Sukamdi.
Ia juga menekankan bahwa sampai saat ini belum ada negara yang memiliki kebijakan untuk menjadikan angka kelahiran penduduk konstan. Sebuah negara biasanya akan memilih untuk melakukan kebijakan menekan atau meningkatkan angka kelahiran. Tentu saja ini bukan lah halnya mudah.
“Artinya, kedepan pembuatan kebijakan kependudukan akan lebih berfokus untuk melihat tren yang terjadi karena sampai saat ini kita belum memiliki acuan kebijakan untuk menjaga fertilitas konstan,” imbuh Sukamdi.
Penulis: Khansa