Kesejahteraan hewan telah menjadi isu kritis di Indonesia dan di seluruh Asia selama lima tahun terakhir. Oleh karena itu, manusia dan industri peternakan dituntut untuk tidak hanya fokus pada produksi ternak saja, namun juga perlu memperhatikan aspek kesejahteraan hewan ternak.
Sebagai salah satu trendsetter perguruan tinggi peternakan di Indonesia, Fakultas Peternakan UGM perlu mengangkat isu tersebut dalam riset dan pembelajaran. Untuk itu, guna memajukan kesejahteraan hewan di industri peternakan, Fakultas Peternakan UGM, Global Food Partners, dan AERES University of Applied Sciences menjalin kerja sama untuk mengembangkan pusat pelatihan kandang umbaran untuk ayam petelur yang pertama di Indonesia dan Asia di kampus Bulaksumur Yogyakarta.
Penandatanganan kerja sama dilakukan secara daring antara Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng, selaku Dekan Fakultas Peternakan UGM dan Dr. Kate Hartcher, Sr. Animal Scientist dari Global Food Partners dan Dr. Jasper Heerkens, peneliti dan dosen ilmu perunggasan di Aeres University of Applied Sciences, Senin (7/6). Dengan kerja sama ini maka nantinya akan dibangun pusat pelatihan yang akan mempertemukan produsen telur dan pemangku kepentingan pada industri lainnya untuk meningkatkan keberlanjutan jangka panjang dan daya saing industri telur di Indonesia dan di seluruh Asia.
Pusat pelatihan ini menawarkan praktik terbaik dalam manajemen dan produksi telur dengan sistem kandang umbaran, yang berperan sebagai peternakan model bagi produsen telur sistem kandang umbaran, serta sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fakultas Peternakan UGM akan menjadi tuan rumah pusat pelatihan, menyediakan tanah, bangunan, infrastruktur, staf, pemeliharaan harian, dan sumber daya lainnya untuk kerja sama ini.
“Dalam kerja sama ini, Global Food Partners telah merancang konten kursus, menghadirkan keahlian teknologi, dan akan memberikan dukungan berkelanjutan melalui tim ahlinya,” ujar Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng dalam sambutannya.
Ia mengatakan UGM telah menginvestasikan sumber daya dan upaya yang cukup besar untuk mengembangkan program ilmu peternakan yang tangguh, termasuk Fakultas Peternakan, untuk memajukan karyanya dalam roadmap produksi pangan hewani dan kesejahteraan hewan. Fakultas Peternakan UGM merasa bersyukur bisa menjadi tuan rumah dan mengoperasikan pusat pelatihan dan peternakan model kandang umbaran ini.
“Kandang percontohan ini diharapkan mampu melengkapi dan memajukan kiprah Fakultas Peternakan UGM lebih jauh,” katanya.
Dengan kerja sama ini ia berharap Fakultas Peternakan UGM mampu menjadi institusi yang lebih kuat di ASEAN dalam menghasilkan dan mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesejahteraan dan perilaku hewan. Kerja sama ini juga membuka peluang bagi Fakultas Peternakan UGM untuk mendapatkan publisitas yang baik terkait kiprahnya menjadi tuan rumah peternakan model.
“Dengan kerja sama inipun kita berkesempatan untuk meningkatkan visibilitas pasar dan jangkauan program kepada mahasiswa baru melalui publisitas terkait pusat pelatihan,” terangnya.
Menurut Ali Agus, jika bisa dipraktikkan model peternakan cage free ini tentu akan menguntungkan bagi peternak-peternak kecil. Bagi para peternak kecil di bawah 1.000 ekor tentunya bisa mengambil keuntungan dari model beternak ayam petelur cara umbaran ini.
Menurutnya, beternak ayam dengan model cage free ini tentu perlu segmentasi pasar tersendiri. Ia meyakini harga telur pun akan berbeda dan lebih mahal dibanding dengan telur konvensional.
“Cage free ini karena bukan kandang baterai bisa dipelihara dengan dilepas liarkan dalam kandang lantai 1, lantai 2 atau lantai 3. Dalam jangka pendek dengan mengambil model cage free sederhana dengan jumlah kepemilikan tidak terlalu banyak maka kita bisa transfer teknologi kepada para peternak yang mau mengadopsinya dengan pola-pola yang spesifik dan unik, dan semoga nanti ada hasil-hasil yang bisa kita bagikan ke masyarakat,” imbuhnya.
Dr. Kate Hartcher, Sr. Animal Scientist di Global Food Partners menyatakan Global Food Partners bangga bermitra dengan Universitas Gadjah Mada dan Aeres University of Applied Sciences untuk mendirikan pusat pelatihan baru ini dan yang pertama di kawasan ini. Menurutnya, kurangnya dukungan teknis dalam pengoperasian peternakan ayam petelur sistem kandang umbaran merupakan penghalang utama bagi kesejahteraan hewan, mata pencaharian manusia, profitabilitas peternakan, dan tentu saja keberhasilan industri.
“Untuk itu, kami berkomitmen untuk memberdayakan produsen lokal dan pemimpin masa depan dalam industri pertanian di seluruh Asia,” katanya.
Sementara itu, Dr. Jasper Heerkens, peneliti dan dosen ilmu perunggasan di Aeres University of Applied Sciences, menyatakan ada banyak kemajuan teknologi dalam bidang kandang umbaran dan manajemennya di seluruh dunia. Dengan kerja sama dan program pelatihan maka diharapkan produsen telur di Asia dapat menggunakan teknologi untuk beralih ke produksi kandang umbaran dengan adaptasi lokal.
“Kami sangat senang dapat berbagi pembelajaran kami dengan produsen telur di Indonesia dan Asia untuk membantu keberhasilan peralihan menuju produksi telur kandang umbaran,” katanya.
Penulis : Agung Nugroho