Internet of Things (IoT) sangat penting untuk mendukung pengembangan industri di berbagai sektor termasuk peternakan.
“Di era industry 4.0, industri peternakan harus ikut memanfaatkan teknologi internet of things,” papar Dosen Luar Biasa Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Abdul Razak Alimon, dalam The 2nd International Joint Graduate Seminar on Animal Science Sabtu (12/6).
Dalam seminar yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Fakultas Peternakan UGM ini Abdul Razak menyampaikan penerapan IoT dan sensor bermanfaat dalam membantu pengusaha ternak dalam mengelola ternaknya. Salah satunya memudahkan dalam pemantauan ternak.
Selain itu, pemanfaatan IoT membantu dalam pemberian pakan berdasarkan kebutuhan ternak. Dengan begitu, didapatkan peternakan yang berkelanjutan (sustainable livestock farming).
Ia mengungkapkan bahwa pakan memiliki andil besar dalam upaya meningkatkan peternakan berkelanjutan. Sementara itu, daerah tropis di negara-negara ASEAN memiliki potensi besar untuk penyediaan pakan yang efisien. Potensi tersebut dapat dioptimalkan dengan peningkatan penguasaan pengetahuan dan teknologi, termasuk implementasi IoT.
Dalam seminar yang diadakan Fakultas Peternakan bekerja sama dengan Departement of Animal Science- Faculty of Agriculture – Universiti Putra Malaysia (Malaysia) , International College and Faculty of Animal Science and Technology Maejo University (Thailand), College of Agriculture and Food Science University of the Philippines Los Banos (Filipina), dan Institute of Agriculture Camigui ini turut menghadirkan Prof. Dr. Henning Otte Hansen dari University of Copenhagen, Denmark sebagai pembicara. Dalam kesempatan tersebut ia memaparkan peran penting value chain dalam peningkatan efisiensi dalam industri peternakan. Value chain membahas secara detail hubungan (link) antara proses dari produksi (on farm) hingga konsumen (to fork).
Ia menyebutkan permasalahan yang membuat value chain dalam industri peternakan lemah adalah minimnya kolaborasi antara satu input dengan input lainnya. Oleh sebab itu, kunci mendasar dalam pembangunan value chain yang supaya kuat adalah kolaborasi antara masing-masing input. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan inovasi dan teknologi serta proses transfer teknologi kepada peternak melalui pendampingan berkelanjutan (sustainable farmer advisory).
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng., ketika memberikan sambutan dalam acara tersebut mengatakan seminar merupakan bukti kesungguhan Fakultas Peternakan UGM untuk mencapai tujuan South-East Asia Network of Animal Science (SEANAS), yaitu konsorsium yang digagas oleh Fakultas Peternakan UGM pada 2009.
SEANAS berperan sebagai jejaring Fakultas Peternakan UGM dan beberapa pendidikan tinggi bidang peternakan di kawasan ASEAN untuk mendukung pelaksanaan ASEAN single community. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh antara lain peluang berkolaborasi akademik dan penelitian yang lebih baik, peluang pertukaran mahasiswa dan staf diantara anggota SEANAS, peningkatan manajemen mutu, dan peningkatan kompetensi mahasiswa bidang peternakan.
Ir. Nafiatul Umami, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN selaku ketua panitia seminar mengatakan seminar diikuti oleh 141 mahasiswa Magister dan Doktor. Seminar diselenggarakan sebagai ajang untuk berbagi pengetahuan diantara para peneliti mahasiswa pascasarjana di Asia Tenggara, memperoleh wawasan dalam perspektif internasional, dan membangun jejaring diantara mahasiswa pascasarjana. Terdapat 53 abstrak dari Iran, Filipina, Thailand, Malaysia, Taiwan, China, Kamboja, dan Indonesia.
Seminar terbagi dalam empat topik yaitu Peternakan dengan subtopik: Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, Pemuliaan dan Reproduksi Ternak, Teknologi Hasil Hewan, Produksi Hewan, dan Sosial Ekonomi Peternakan. Lalu, Pariwisata dengan subtopik Wisata Hewan, Agrowisata, Wisata Pedesaan dan Wisata Alternatif lainnya. Berikutnya, Pendidikan pertanian dengan subtopik Inovasi Pertanian/Pedesaan, Intervensi Penyuluhan Pertanian, Pertanian Digital, dan Mata Pencaharian dan Keberlanjutan Pedesaan. Terakhir, Pertanian dan Bisnis Peternakan.
Prof. Budi Guntoro, Ph.D., selaku koordinator jejaring institusi Universitas di Southeast Asia, yang juga President of Asia Tourism Management Academic Association (ATMA) mengatakan pihaknya akan kembali menggelar seminar ini pada tahun depan yakni The 3rd International Joint Graduate Seminar on Animal Science tahun 2022. Penyelenggaraannya dilakukann dengan memperluas jaringannya ke luar Asia Tenggara.
Penulis: Ika