Untuk ketiga kalinya, Fakultas Teknologi Pertanian UGM menyelenggarakan summer course. Dalam summer course yang berlangsung selama 10 hari kali ini mengangkat tema “Local Indigenous Functional Food’s Roles In The Era Of Covid19 Pandemic: from Farm to Table”. Dikarenakan masih pandemi Covid-19, penyelenggaraan summer course tahun ini secara online dengan metode synchronous melalui media zoom dan asynchronous memanfaatkan E-Learning system (E-LOK) UGM.
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc, mengatakan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap tingginya angka kejadian penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup telah mengakibatkan perubahan pola pikir masyarakat dalam menempatkan pangan sebagai sumber gizi dan pencegahan penyakit. Masalah pangan telah menjadi beban ganda di masyarakat.
“Prevalensi pola konsumsi makanan cepat saji dan kepadatan kalori tinggi yang tidak berdasarkan prinsip pemenuhan gizi telah menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif, seperti diabetes, kolesterol, hipertensi, dan penyakit jantung koroner. Apalagi, pandemi Covid-19 semakin menambah beban sistem kesehatan secara global,” katanya, di FTP UGM, Selasa (13/7).
Ia menyampaikan pandemi Covid-19 berdampak luar biasa yang memengaruhi sistem kehidupan. Hingga 16 Februari 2021, tercatat 108,2 juta kasus Covid-19 dari seluruh dunia. Produk Domestik Bruto (PDB) dunia diproyeksikan turun sebesar 4,4 persen pada tahun 2020.
Meskipun sektor ekonomi dunia mengalami tren penurunan, sektor pertanian menunjukkan ketahanan dan pertumbuhan yang baik di masa pandemi. Penemuan vaksin Covid-19 sangat membantu mengatasi pandemi.
“Namun, vaksin itu sendiri tidak cukup. Sistem imun yang baik sangat dibutuhkan di masa pandemi ini,” ungkapnya.
Eni Harmayani menyebut meningkatkan kekebalan tubuh dapat dicapai dengan mengonsumsi makanan yang beragam dan bergizi. Selanjutnya, makanan fungsional dapat dimasukkan ke dalam makanan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Menurutnya, pangan fungsional adalah pangan yang memberikan manfaat peningkatan kesehatan. Pangan ini biasanya mengandung bahan-bahan tertentu, seperti senyawa aktif, prebiotik, probiotik, dan lain-lain.
“Makanan ini memang tidak dapat menyembuhkan penyakit tetapi dapat membantu selama masa pemulihan yang sangat penting selama era pandemi ini. Dengan mengonsumsi makanan fungsional secara teratur tentu berdampak positif bagi kesehatan manusia dan sistem kekebalan tubuh,” ucapnya.
Pangan fungsional dapat bersifat alami atau diperoleh melalui pengolahan. Makanan fungsional dapat diproduksi dengan menggunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman asli atau rempah-rempah. Indonesia kaya akan tumbuhan, rempah-rempah, dan rempah-rempah yang mengandung senyawa aktif.
Senyawa aktif ini dapat diekstraksi dan dimasukkan ke dalam berbagai jenis makanan sehingga menghasilkan makanan fungsional. Bahan-bahan tersebut dapat ditemukan di beberapa makanan tradisional dan makanan olahan yang terbatas di Indonesia. Fenomena serupa dapat diamati di negara-negara tetangga.
“Pemanfaatan bahan atau bahan asli ini tentu dapat memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan suatu negara. Karenya menghasilkan pangan fungsional berbasis bahan asli, pengetahuan pengembangan produk, teknologi pengolahan, teknologi on-farm (permesinan dan pertanian berkelanjutan), penanganan pascapanen, rantai pasok, kewirausahaan, perilaku konsumen menjadi perhatian yang sangat penting,” imbuhnya.
Arima Diah Setiowati, PhD, dosen FTP UGM sekaligus ketua panitia, menyatakan pada summer course ini peserta akan mempelajari konsep pengembangan pangan fungsional berbasis indigenous from farm to table yang terbagi dalam tiga sub topik. Ketiga sub topik tersebut antara lain pertanian berkelanjutan untuk tanaman, herba, dan rempah-rempah yang mengandung senyawa aktif, pengolahan dan pengembangan produk (ekstraksi, pengembangan produk, manfaat kesehatan, perilaku konsumen, pengemasan, regulasi, dan lain-lain) dan pengelolaan dan rantai pasok pangan fungsional.
“Sub topik ini akan dieksplorasi lebih mendalam selama summer course. Bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Geografi, para peserta selain kuliah dengan para ahli dan diskusi kelompok dengan mahasiswa dan staf dari berbagai negara, para peserta juga akan mengalami virtual field trip dan kunjungan komunitas ke desa-desa di Indonesia. Diharapkan para peserta nantinya akan memiliki pemahaman yang baik tentang konsep produksi pangan fungsional,” terangnya.
Arima menambahkan summer course kali ini melibatkan 22 pembicara (17 pembicara luar negeri dan 5 pembicara dalam negeri). Mereka berasal dari Indonesia, India, USA, Japan, Thailand, Philipine, Belanda, Turkey, Taiwan, Malaysia, Belgium dari 14 universitas. Sementara untuk jumlah peserta terdaftar 86 peserta (40 peserta luar negeri dan 46 peserta dalam negeri) dan terdiri dari profesional dan mahasiswa dan mereka berasal dari Indonesia, Thailand, Malaysia, Philipine, Belanda, Jepang, Spain, India, Taiwan, Belgia, USA, Swedia, Saudi Arabia, Ecuador, Mexico, Republic of China, Vietnam.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto