Infertilitas merupakan kondisi dimana pasangan suami istri sulit mendapatkan keturunan. Gangguan kesehatan reproduksi ini hampir dialami oleh 22,3% pasangan dan merupakan suatu bagian yang harus menjadi perhatian. Namun, kurangnya informasi mengenai akses pelayanan dan kesiapan finansial menjadi salah satu hambatan pasangan infertilitas sehingga perlu mendapatkan penanganan sejak dini.
Mahasiswa program doktor bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Fitri Damayanti, SKM, MPH., melakukan penelitian soal biaya yang harus dikeluarkan oleh pasangan infertilitas dalam program bayi tabung di berbagai klinik dan rumah sakit di Indonesia.
Ia melakukan survei pada 17 wanita menjalani program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) di klinik infertilitas di Indonesia. Selanjutnya ada 214 partisipan infertilitas yang mengisi kuesioner FertiQoL online. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang alokasi anggaran atau biaya yang dibutuhkan untuk terhindar dari satu kasus infertilitas dari perspektif sosial dengan mengestimasi biaya langsung medis, biaya langsung non medis, biaya tidak langsung, dan biaya nirwujud.
Menurut Fitri, dari hasil penelitian tersebut diketahui besaran biaya yang dikeluarkan untuk satu siklus program bayi tabung berdasarkan kelompok umur kurang dari 35 tahun dengan rata-rata biaya total Rp99 juta. “Untuk kelompok usia 35-39 tahun sebesar Rp112 juta, dan usia di atas 40 tahun sebesar Rp109 juta,” kata Fitri dalam ujian terbuka promosi doktor, Jumat (30/7).
Selanjutnya kelompok infertilitas dibagi lagi dalam kelompok gangguan kesuburan wanita yang rata-rata harus mengeluarkan sebesar Rp94 juta dan gangguan kesuburan pria sebesar Rp110 juta. Sedangkan gangguan kesuburan pria dan wanita mengeluarkan biaya sebesar Rp114 juta. “Sedangkan berdasarkan jenis metode yang digunakan, ada dua yaitu siklus semi natural sebesar Rp53 juta, injeksi hormon mengeluarkan biaya rata-rata lebih banyak, yaitu Rp110 juta,” paparnya.
Berdasarkan pemilihan fasilitas kesehatan yang dipilih oleh pasangan infertilitas terbagi menjadi dua yakni rumah sakit negeri dengan biaya rata-rata yang yang dikeluarkan sebesar Rp102 juta dan RS swasta sebesar Rp143 juta.
Jika ditotal berdasarkan biaya yang diestimasi berdasarkan hasil skor FertiQoL pada kelompok wanita IVF menggunakan regresi linier mengeluarkan biaya sebesar Rp123 juta. Namun yang menarik dari penelitian tersebut diketahui sebanyak 32.2% orang dengan infertilitas mengalami gangguan kejiwaan, yaitu depresi 16.36% dan ansietas 16.36%.
Dari penelitian tersebut, Fitri menuturkan infertilitas merupakan masalah kesehatan reproduksi yang membawa implikasi psikososial yang negatif, double burden of disease karena pembiayaan yang tinggi dan menyebabkan pengeluaran katastropik dan beban psikologis bagi pasangan yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi.
Penulis : Gusti Grehenson