Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk periode 2 tahun 2021 akan berakhir pada bulan Agustus ini. Beberapa unit KKN untuk berbagai daerah di nusantara mulai tampak menyelesaikan tugasnya. KKN yang dilakukan pada tahun ini dan sebelumnya sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Disebabkan karena kondisi pandemi Covid-19, KKN yang dilaksanakan pada KKN tahun ini dan kemain dilakukan secara daring.
Namun, tampaknya kondisi pandemi Covid-19 tersebut tidak menyurutkan semangat mahasiswa peserta KKN UGM untuk melakukan pengabdian pada masyarakat. Jika pengabdian secara daring pun tidak bisa dilakukan sebab persoalan sinyal atau fasilitas di daerah tujuan, tidak habis pikir, mahasiswa UGM pun memproduksi video, booklet, leaflet, peta, dan lain sebagainya yang dapat disampaikan ke masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) UGM, Prof. Irfan Dwidya Prijambada, turut berbangga kepada mahasiswa KKN UGM. Sebab, walau sedang dalam masa pandemi, mahasiswa dapat dengan cepat beradaptasi. Walau diterpa pandemi, mahasiswa UGM masih dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.
“Iya… itulah hebatnya mahasiswa kita (UGM), cepat sekali bisa beradaptasi,” ungkap Prof. Irfan, Kamis (26/8).
Walaupun pengabdian dan pemberdayaan kepada masyarakat tidak seperti dahulu (luring), akan tetapi Prof. Irfan masih tetap percaya ada kelebihan di sisi lain dengan kegiatan pengabdian dan pemberdayaan yang terbatas secara online tersebut.
Hal ini seperti pengalaman pengabdian dan pemberdayaan sebelumnya, Prof. Irfan mengungkapkan bahwa pernah terjadi dimana kegiatan online lebih efektif daripada luring. Ketika UGM membantu penyusunan masterplan daerah, audiensi yang dilakukan kepada masyarakat secara luring ternyata tidak begitu bisa mengajak keterlibatan masyarakat dibandingkan dengan audiensi online. Prof. Irfan melihat bahwa masyarakat cenderung mengikuti keputusan para tokoh masyarakat mereka ketika audiensi secara luring. Akan tetapi ketika audiesi dilakukan secara online, antusiasme masyarakat pun meningkat drastis untuk berbicara.
“Artinya kualitas (pengabdian dan pemberdayaan) mungkin sedikit menurun dengan kacamata lama, tapi terkompensasi oleh sisi yang lain,” pungkas Prof. Irfan
Penulis: Aji