Mahasiswa Program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr. Nicholas Edwin Handoyo, M.Med.Ed., melakukan penelitian terkait pengembangan model pembelajaran klinik.
Dalam Ujian Terbuka yang diselenggarakan secara daring, Kamis (26/8), ia memaparkan disertasinya berjudul “Clinical Education Model Development Based on Rural General Practice Resilience”.
“Mahasiswa kedokteran harus belajar menjadi resilien untuk bertahan dan berkembang di praktik pedesaan. Studi ini ditujukan untuk memahami perkembangan resiliensi dokter-dokter pedesaan dan menampilkannya di konteks pembelajaran klinik,” paparnya.
Ia menerangkan, konsep resiliensi dikenali sebagai komponen kunci dari kesejahteraan dan merupakan faktor penting dalam pelatihan medis untuk membantu doktor belajar mengatasi kesulitan.
Teori terkini terkait resiliensi personal orang dewasa mengidentifikasi resiliensi sebagai konstruksi multidimensional yang terdiri atas empat dimensi, yaitu tekad, daya tahan, kemampuan adaptasi, serta kemampuan untuk pulih.
Salah satu masalah global yang dihadapi baik negara maju maupun negara berkembang, imbuhnya, adalah mempertahankan tenaga kesehatan yang mau melayani di kawasan pedesaan.
Individu yang tinggal dan bekerja di masyarakat pedesaan menghadapi kondisi hidup, ekologi yang unik, dan lebih banyak ketidakpastian, dibandingkan individu yang tinggal di perkotaan.
“Dokter yang tidak dipersiapkan dan diperlengkapi dengan baik untuk bekerja di kawasan pedesaan bisa merasa terhilang, kesepian, tidak seimbang, lelah, dan sesak, yang mendorong mereka untuk meninggalkan konteks pedesaan,” terang Nicholas.
Penelitian ini ia lakukan terhadap dokter umum dan dokter magang di Nusa Tenggara Timur. Ia memaparkan, resiliensi dokter terbangun di konteks pedesaan sebagai hasil dari interaksi antara hal yang menekan, persepsi individu, faktor protektif yang dapat diakses, serta faktor risiko yang mengganggu.
Ia mengidentifikasi beberapa hal penekan yang memiliki peran dalam dimensi ketahanan dan zona nyaman dengan hubungan dokter-pasien, hubungan interpersonal, dan isu finansial sebagai tiga penekan paling umum.
Upaya pengembangan resiliensi, menurutnya, harus fokus membantu mahasiswa untuk menemukan makna, membangun rasa keterkelolaan dengan menjadi sadar, membangun, mengumpulkan, dan mengatur faktor protektif mereka, serta menjadi sadar dan mampu memitigasi faktor risiko mereka.
“Pengajar klinik perlu membantu mahasiswa dalam membangun makna, rasa keterkelolaan, dan faktor protektif dengan fokus pada konteks pedesaan,” ucapnya.
Penulis: Gloria