Menghadapi pandemi Covid-19, berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat memelihara kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh untuk mencegah diri dari penyakit tersebut. Salah satunya upaya yang kemudian dilakukan adalah penggunaan ramuan-ramuan herbal yang terbuat dari rempah-rempah.
Harus diakui, Indonesia memiliki aneka macam bahan rempah. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa rempah-rempah yang ada di sekitar rumah mampu meningkatkan imunitas tubuh. Dengan mengonsumsi rempah-rempah disinyalir di dalamnya mengandung bahan kimiawi yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Aneka macam rempah yang ada tidak mudah untuk dihafal dengan berbagai manfaatnya. Bahkan, untuk generasi muda saat ini, tidak sedikit dari mereka kurang mengetahui soal rempah baik nama maupun jenisnya.
Agar memudahkan masyarakat dalam mengidentifikasi rempah yang tidak diketahui nama atau jenisnya, tim mahasiswa UGM menciptakan suatu aplikasi pemindai bernama Rempah SIS (Scanner of Indonesian Spices). Aplikasi SIS ini dikembangkan oleh Adha Maula Effendi, Rosalina Diani Prima Anargya (Farmasi 2020), Iskan Mustamir dan Karunia Perjuangan Mustadl’afin (Teknologi Informasi 2020), dengani mendapat bimbingan dari Dr. Indah Soesanti, S.T., M.T.
“Melalui program PKM-KC, kita buat aplikasi ini dan berhasil mendapat pendanaan penuh dari Ditjen Diktiristek, Kemdikbud Ristek RI. Saya yakin beberapa anak muda saat ini kurang familiar mengenal rempah yang ada di sekitarnya, bahkan yang ada di dapur sekalipun. Saya yakin tidak ada yang tahu nama dan jenisnya,” ujar Adha di Kampus UGM, Kamis (9/9).
Dia menjelaskan produk praktis sebagai hasil teknologi saat ini, seperti bumbu instan membuat masyarakat terutama generasi muda tidak begitu mengenali atau mengetahui, bahkan membedakan rempah yang satu dengan yang lainnya. Padahal, rempah-rempah ini merupakan khazanah milik bangsa Indonesia.
“Ya semestinya masyarakat, termasuk generasi muda, tahu akan kearifan budaya yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, kami membuat suatu aplikasi pemindai rempah yang dapat memudahkan masyarakat dalam mengidentifikasi rempah-rempah dengan teknik pemindaian,” jelasnya.
Rosalina menambahkan aplikasi ini dapat berfungsi sebagai katalog digital dari beberapa rempah yang ada di Indonesia. Aplikasi ini juga akan menyediakan informasi tambahan mengenai soal rempah, seperti informasi ciri-ciri, khasiat, potensi, dan kandungannya hingga resep-resep. Mulai dari ramuan herbal yang ada di masyarakat hingga masakan, dan dengan informasi semacam ini diharapkan pengetahuan akan rempah dapat senantiasa hidup di masyarakat.
Lebih lanjut, ia menambahkan, masyarakat dapat memindai rempah yang ia tidak mereka ketahui dengan menggunakan aplikasi tersebut. Aplikasi tersebut dapat memindai rempah secara langsung atau menggunakan foto rempah yang didapat dari galeri gawai.
“Dengan menggunakan teknik pemindaian, diharapkan masyarakat lebih mudah dalam mengetahui dan membedakan rempah-rempah dibandingkan harus mencarinya lewat internet. Aplikasi ini pun secara gratis tersedia melalui Google Play Store,” tambahnya.
Rosita Nur Anarti, S.Pd., salah seorang pegiat sejarah sekaligus guru sejarah di salah satu SMA di Yogyakarta, mengaku senang atas kehadiran aplikasi tersebut. Ia berharap aplikasi ini dapat menghidupkan dan memelihara pengetahuan rempah yang ada di masyarakat.
“Sehingga nantinya masyarakat turut bisa mendukung usulan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia yang tengah diajukan oleh Kemdikbud Ristek ke UNESCO,” ujar Rosita.
Pemerintah menargetkan Jalur Rempah menjadi salah satu warisan budaya UNESCO pada tahun 2024. Oleh karena itu, kehadiran aplikasi ini dapat menjadi bukti bahwa rempah-rempah merupakan salah satu khazanah bangsa Indonesia yang terus diupayakan untuk dilestarikan.
“Melalui aplikasi ini diharapkan pengetahuan akan rempah terus lestari di masyarakat karena selain berfungsi untuk menghidupkan pengetahuan rempah di masyarakat, aplikasi ini juga berfungsi sebagai pelestari pengetahuan rempah itu sendiri dalam bentuk informasi digital,” ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho