Sejumlah akademisi yang berasal dari formasi dosen dan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi (DIKOM) FISIPOL UGM melakukan riset dan pemberdayaan kepada desa-desa wisata di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, supaya dapat bangkit dalam kondisi pandemi Covid-19 dengan go-digital. Namun, berbeda dari riset dan pemberdayaan lainnya, pemberdayaan yang dilakukan oleh sejumlah akademisi ini mengedepankan strategi partisipatoris. Salah satu anggota tim, Syafrizal yang diketahui sebagai dosen DIKOM, menuturkan bahwa strategi partisipatoris menjadi strategi paling tepat untuk dilakukan. Sebab, terdapat berbagai kondisi yang perlu diperhatikan terlebih dahulu dalam mendampingi dan membimbing masyarakat untuk dapat beradaptasi dengan teknologi digital.
Seperti diketahui, desa-desa wisata yang disasar adalah Desa Wisata Pentingsari, Umbulharjo, Cangkringan, dan Sleman. Serta target pemberdayaan dilakukan kepada para pengelola desa wisata dan para pelaku UKM pariwisata disana.
“Proses kami dimulai dari langkah pertemuan langsung, (dimana bertujuan) untuk membangun engagement/ keterlibatan/ ikatan emosional: untuk berdiskusi, untuk menanyakan apa kebutuhan mereka, (merumuskan) apa yang harus kita lakukan bersama. Jadi, bukan DIKOM UGM atau Decode yang kemudian secara tiba-tiba merancang mengundang mereka (masyarakat) untuk bergabung. Tidak begitu strateginya! Tapi kami bersama warga memutuskan apa yang menjadi masalah dan bagaimana kita menyelesaikannya,” tutur Syafrizal dalam acara Palihan Nagari Sesi#1 yang ditayangkan melalui kanal Youtube Departemen Ilmu Komunikasi UGM pada Kamis, (7/10)
Sejak awal pandemi Covid-19, pemerintah diketahui telah berupaya sampai sekarang untuk mengadaptasikan teknologi digital ke sektor pariwisata. Akan tetapi, Syafrizal mengatakan bahwa strategi dalam mengadaptasikan teknologi digital tersebut bukan mendorong masyarakat untuk segera menggunakan teknologi itu. Namun, sebelum itu kita sebaiknya harus mengetahui terlebih dahulu kesiapan masyarakat kepada teknologi digital tersebut: ada tersedia laptop atau tidak, ada tersedia smartphone atau tidak, ada jaringan internet memadai atau tidak, ada kecakapan digital dasar atau tidak, dan lain sebagainya.
Riset dan pemberdayaan dengan strategi partisipatoris yang dilakukan Syafrizal dan kawan-kawan ini mengkritik riset dan pemberdayaan administratif, dimana berisi berbagai macam program tanpa mengetahui apakah masyarakat sebetulnya membutuhkan program tersebut.
Sejauh ini, Syafrizal dan kawan-kawan telah mendampingi dan membimbing desa-desa wisata di Kabupaten untuk dapat menggunakan teknologi digital, me-rebranding UKM-UKM pariwisata agar lebih menarik perhatian serperti mendesain ulang kemasan dan logo produk mereka, dan lain sebagainya.
Penulis: Aji