Prof. Dr.Agr.Sc. Ragil Widyorini, S.T., M.T. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Teknologi Hasil Hutan pada Fakultas Kehutanan UGM, Kamis (31/3). Ia kini menjadi satu dari 13 guru besar aktif di Fakultas Kehutanan dan satu dari 353 guru besar di UGM.
Dalam upacara pengukuhan, Ragil menyampaikan pidato berjudul “Peluang dan Tantangan Biokomposit sebagai Produk Unggulan Bidang Kehutanan”.
“Tema tersebut dilatarbelakangi bidang saya, yaitu teknologi hasil hutan, khususnya bidang teknologi biokomposit. Mengingat luasnya cakupan bidang komposit, maka pada pidato ini dikhususkan pada komposit yang menggunakan bahan baku berlignoselulosa,” terangnya.
Ia menerangkan, definisi biokomposit pada umumnya digunakan untuk produk komposit yang menggunakan serat alam. Produk ini mulai berkembang kembali sejalan dengan potensinya yang dapat berperan sebagai penyerap karbon dioksida, berharga lebih murah, berkerapatan rendah, tetapi mempunyai kekuatan yang bisa diterima, berkelanjutan, dan dapat direproduksi kembali.
“Indonesia sebagai negara tropis mempunyai potensi yang tinggi dalam menghasilkan berbagai serat alam sebagai biomasa hutan. Hal ini memberikan peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku produk biokomposit,” papar Ragil.
Ia melanjutkan, berbagai variasi produk biokomposit dari yang berukuran besar maupun kecil, yang berteknologi sederhana maupun kompleks, sampai pada penggunaan yang ringan maupun berat, membuka peluang produk biokomposit menjadi salah satu produk unggulan di bidang industri kehutanan.
Pembahasan mengenai material biokomposit dari bahan alam/biomassa hutan, ujarnya, tidak boleh meninggalkan pertimbangan mengenai pengembangan sumber daya alam yang terbarukan, yang berarti berkonsentrasi pada hutan yang lestari dan berkelanjutan.
Inovasi pengembangan produk biokomposit yang ringan dan kuat serta ramah lingkungan menjadi suatu kebutuhan di masa sekarang dan mendatang.
Dalam pidatonya, Ragil juga memaparkan berbagai tantangan untuk pengembangan produk biokomposit, salah satunya terkait pengembangan bahan perekat/pengikat alami yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kecocokan dengan bahan rekat maupun efisiensi proses untuk menghasilkan produk biokomposit yang berkekuatan dan berketahanan tinggi.
Kontribusi mendukung industri hijau yang mengutamakan prinsip efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan merupakan hal yang penting. Teknologi dengan dampak lingkungan yang rendah dimungkinkan jika struktur dan fungsi sumber daya hayati ini dipahami dengan baik.
Hal yang penting untuk dilakukan adalah meningkatkan nilai tambah produk kehutanan dengan tetap menjaga kelestarian alam dengan kolaborasi di berbagai bidang/multidisiplin seperti pertanian, teknik, ekonomi, maupun ilmu sains.
Pengembangan ide, kreativitas, dan inovasi perlu terus dieksplorasi untuk membangun kehidupan masyarakat yang selaras dengan lingkungan alam yang berkelanjutan. Pada saat ini teknologi biokomposit semakin berkembang dan bervariasi, baik dari sisi bahan baku, aplikasi maupun teknologi pengolahannya.
“Dengan berlandaskan hal-hal di atas, serta didukung oleh sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya, Indonesia akan dapat memegang peranan penting dalam pengembangan teknologi biokomposit ke depannya,” pungkasnya.