Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meraih berbagai pencapaian dalam pemeringkatan Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WUR). Secara umum peringkat UGM meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, terutama posisi rumpun bidang studi Social Sciences & Management yang naik menjadi 153 dunia dari peringkat 261 di tahun 2021.
Rumpun bidang studi dengan performa terbaik di UGM adalah Social Sciences & Management. Kategori ini memayungi berbagai bidang studi, antara lain Social Policy & Administration dan Development Studies yang menempati peringkat pertama di Indonesia dan masuk ke dalam 51-100 besar dunia.
Dalam rumpun bidang studi Natural Sciences, bidang studi Geography bertahan di posisi ke-1 di Indonesia secara konsisten dari tahun 2019 hingga tahun ini. Bahkan, termasuk dalam 101-150 besar pada taraf global.
Terdapat lima kriteria utama yang mendasari pemeringkatan yang dilakukan oleh QS WUR, yaitu reputasi akademik, reputasi lulusan, jumlah sitasi publikasi, h-index atau tolok ukur produktivitas dan dampak dari hasil publikasi yang diterbitkan dosen dan peneliti, serta yang terbaru International Research Network (IRN).
Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas’udi, S.IP., M.P.A., Ph.D., merasa bersukur atas capaian tersebut. Capaian ini, menurutnya, menjadi momentum Fisipol UGM terus memperkuat reputasi akademik secara internasional dan hal ini tentu sejalan dengan cita-cita UGM sebagai world class university.
“Sehingga semua yang kita kerjakan sesuai dengan visi UGM agar reputasi internasional semakin kuat. Dan saya kira ini bukan sebagai capaian tetapi pemicu untuk memperkuat berbagai aspek,” katanya, Minggu (10/4).
Ia mengatakan sumbangan reputasi akademik dan reputasi lulusan Fisipol UGM turut memberi andil dalam perbaikan ranking secara global ini. Dari data yang ada, reputasi akademik Fisipol UGM diperlihatkan pada pada bangunan kerja sama internasional yang dilakukan secara masif dalam beberapa waktu terakhir ini.
Diantaranya kerja sama dengan Swedia untuk program inklusi sosial, beberapa program berkaitan dengan climate change dan pembangunan lingkungan dengan Norwegia, kerja sama dengan Melbourne University, Eropean Monetary Union (EMU) dan lain-lain. Pada intinya reputasi akademi ini sangat ditentukan oleh kolaborasi dan kerja sama internasional, dan Fisipol UGM melakukan dengan sangat aktif.
Selain itu, kata Wawan, reputasi akademi ini juga dikaitkan dengan kualitas teaching, diantaranya pengembangan course-course atau kuliah-kuliah bersama yang dikembangkan dengan mitra di luar negeri dari bermacam universitas. Maupun jumlah mahasiswa internasional yang belajar ke Fisipol UGM untuk belajar selama satu semester dan sebagainya, atau sebaliknya mahasiswa Fisipol UGM belajar keluar negeri.
“Dua aspek dalam reputasi akademik inilah yang membuat Fisipol UGM mendapat apresiasi oleh partner-partner dari berbagai negara,” katanya.
Sedangkan terkait reputasi lulusan, Wawan menyampaikan terdapat tingkat kepuasan para pemberi kerja ke alumni Fisipol UGM. Dari data bisa disebutkan alumni Fisipol UGM banyak dan tersebar luas di berbagai macam lembaga, baik nasional maupun internasional.
“Kita QS WUR ini kan ranking dari partner-partner internasional maupun mitra-mitra yang bersifat luas dan saya kira apresiasi yang diberikan terkait itu,” ucapnya.
Wawan tidak menampik kemungkinan kenaikan posisi inipun bisa pula karena dukungan meningkatnya publikasi internasional yang dilakukan dosen-dosen Fisipol UGM. Banyaknya dosen Fisipol UGM yang berhasil menembus publikasi internasional atau jurnal-jurmal bereputasi, bahkan tidak sedikit yang di Q1 Q2 menjadikan secara otomatis meningkatkan publikasi dan indeks sitasi.
“Jadi jumlah publikasi yang banyak dan berkualitas inipun saya kira turut memengaruhi jumlah sitasi juga. Saya kira dosen-dosen Fisipol UGM turut membuat peringkat UGM naik,” terangnya.
Hal senada disampaikan Dekan Fakultas Geografi UGM, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc. Menurutnya ranking yang semakin membaik ini bukan sebagai tujuan tetapi sebagai wujud pertanggungjawaban pada publik.
“Kita bisa mengaku terbaik dalam proses pendidikan tapi buktinya apa. Bukti itu kan bukan ditunjukkan dengan klaim-klaim kita sendiri, tapi dengan lembaga luar dan ranking ini bukti kerja keras semuanya, suatu proses yang berkualitas dan terukur serta sebagai pertanggungjawaban moral Fakultas Geografi UGM kepada public,” ungkapnya.
Seperti di Fisipol UGM, hal sama dialami Fakultas Geografi UGM. Dari berbagai kriteria dalam perankingan, Fakultas Geografi UGM juga merasa kuat dalam mendorong perbaikan ranking terkait pada reputasi akademik dan reputasi lulusan.
Danang menyebut reputasi akademik berdasar survei dan yang disurvei ini dilakukan mitra-mitra Fakultas Geografi UGM di luar negeri dan dalam negeri, dan paling utama mereka mitra yang ada di luar negeri. Hal ini terlihat bagaimana kiprah Fakultas Geografi UGM pada berbagai upaya yang dilakukan dalam membangun jejaring internasional dan nasional.
“Reputasi akademik lebih pada tentang bagaimana reputasi Fakultas Geografi UGM di kancah global. Artinya bagaimana Fakultas Geografi UGM dikenal dunia internasional sehingga masuk level 150 besar dunia. Ini merupakan hasil yang sangat baik sekali,” katanya.
Ia menambahkan Fakultas Geografi UGM di Indonesia saat ini menjadi referensi bagi yang lain terkait geografi. Bahkan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga Asia Tenggara dan beberapa mitra di Eropa.
Tidak sedikit dari mereka melakukan studi banding, termasuk mengirim mahasiswa asing datang ke Fakultas Geografi untuk belajar satu semester dan lain-lain. Mereka pun kemudian biasanya membuat tim work dan menunjukkan perhatiannya pada kerja sama dengan Fakultas Geografi UGM.
Terkait reputasi lulusan, Danang mengungkapkan para pemberi kerja menyampaikan respons sangat baik. Para alumni memperlihatkan etos kerja yang luar biasa, dan terbiasa bekerja di bawah tekanan. Belum lagi terkait soal kemampuan teknis dan penguasaan teknologi.
“Para alumni yang bekerja luas dimana-mana ini mendapat apresiasi dari pemberi kerja,” urainya.
Demikian pula terkai soal publikasi, Danang berharap dosen-dosen lebih aktif menulis untuk publikasi internasional. Meski publikasi saat ini sudah cukup tinggi tetapi perlu untuk dtingkatkan.
“Permasalah bukan sekedar pada jumlah tetapi juga kualitas publikasi. Dengan begitu mengejar keduanya tentu akan semakin meningkatkan sitasi,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto