Manusia sangat bergantung pada ternak untuk kebutuhan pokok sehari-hari, yaitu daging, susu, dan telur. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, rekayasa genetika dan transgenesis memberikan peluang untuk menghasilkan produksi yang lebih baik dalam rentang waktu yang singkat.
Prof. Ir. Tety Hartatik, S.Pt., Ph.D.,IPM, dosen Fakultas Peternakan UGM, mengatakan perkembangan pesat di bidang bioteknologi ternak dan pemahaman yang lebih baik tentang sifa-sifat genetik yang memengaruhi kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi telah memberikan kontribusi terhadap perbaikan mutu ternak dan strategi pemuliaannya.
“Hasil pemuliaan berpotensi membuat ternak lebih tahan terhadap penyakit sekaligus meningkatkan kesehatan, kesejahteraan hewan dan produksinya,” ujarnya, di Balai Senat, Kamis (14/7) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Pemuliaan Ternak pada Fakultas Peternakan UGM.
Rekayasa genetika pada sapi, misalnya, ia sebutkan dapat difokuskan pada masalah terkait resistensi penyakit (TBC), pemberantasan alergen (beta-laktoglobulin knock-out), penentuan produk (daging dari jantan dan susu dari betina), kelahiran yang spesifik jantan atau betina (jenis kelamin), pengenalan sifat-sifat yang menguntungkan (toleransi stres dan resistensi penyakit) dan kesejahteraan hewan (tanpa tanduk).
Beberapa metode rekayasa genetika yang telah berkembang antara lain, Transgenik (pro- nuclei mikro injection, embryonic stemm cell electroporation), somatic cell cloning (Somatic cell nuclear transfer), genome editing (Zinc Finger Nucleases (ZFN); Translation Activator-Like Effector Nucleases (TALENs); MegNs (Meganucleases); and CRISPR-Cas9 (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR)/CRISPR-associated nuclease (Cas) 9).
“Rekayasa genetik yang paling mengesankan adalah CRISPR dengan prinsip dasar untuk menghasilkan guide RNA sebagai panduan untuk target yang spesifik secara efisien dengan menggunakan alat berbasis web yang menyertainya,” ucapnya.
Menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Pemanfaatan Marker Molekuler Untuk Studi Keragaman Genetik Dalam Rangka Mendukung Program Pemuliaan Ternak, ia menjelaskan ilmu pemuliaan ternak terus berkembang dengan berbagai tantangan untuk berani mencoba memanfaatkan penemuan-penemuan baru sejalan dengan perkembangan teknologi termasuk genetika molekuler.
“Pemanfaatan marker molekuler ini harus diterapkan untuk memperkuat pendekatan konvensional sebagai landasan utama dalam program pemuliaan ternak,” ucapnya.
Ia menandaskan sampai saat ini pendekatan konvensional dalam program pemuliaan ternak terbukti menunjukkan hasil yang nyata meskipun membutuhkan jangka waktu yang lama. Penggunaan teknologi yang mutakhir seperti marker molekuler akan mengakselerasi program pemuliaan jika diaplikasi dalam usaha peternakan berskala besar sehingga dapat benar-benar mendukung perbaikan mutu genetik pada industri peternakan.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto