Mahasiswa program doktor UGM, dr. Mochamat Helmi, Sp.An., KIC., M.Sc., FISQUA., MARS., FRSPH, berhasil meraih gelar doktor dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Gelar tersebut diraih setelah melaksanakan ujian terbuka promosi doktor dengan disertasi berjudul “Situasi Kerja Tim Medis Intensive Care Unit Berfokus pada 4S (Space, Stuff, Staff, System) Dalam Menghadapi Lonjakan Jumlah Pasien Kritis Covid-19” pada Senin, (1/8).
Penelitian Helmi dilakukan untuk mendokumentasikan situasi kerja Intensive Care Unit (ICU) dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien Covid-19 dengan pendekatan “4S” di ICU yang berdampak terhadap kesiapan Tim Medis dari bulan Maret hingga September 2020 yang merupakan awal dari pandemi di Indonesia. Pendekatan 4S meliputi infrastruktur (space), ketersediaan logistik (stuff), Tim Medis ICU (staff), dan sistem pelayanan (system).
Helmi memaparkan bahwa penelitiannya menggunakan mixed method dengan sequential exploratory yang dikembangkan oleh Creswell dan Clark (2007) yang terdiri dari tiga sub-study. Pertama, penelitian kualitatif dengan indepth-interview yang bertujuan untuk melakukan dokumentasi situasi kerja yang meliputi space, stuff, staff, dan system pada awal pandemi dalam menghadapi lonjakan jumlah pasien Covid-19 dengan kondisi kritis. Kedua, penelitian kualitatif dengan focus group discussion untuk menghadapi lonjakan jumlah pasien Covid-19 dengan kondisi kritis. Ketiga, penelitian kuantitatif dengan online survey untuk mengidentifikasi dampak dari space, stuff, staf, dan system terhadap kesiapan Tim Medis dalam mengadapi lonjakan pandemi Covid-19 dengan kondisi kritis.
Sub-study pertama dilakukan di 49 RS Rujukan Nasional Covid-19 di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta, dan perwakilan 3 wilayah di Indonesia (Indonesia bagian barat, tengah, dan timur). Sub-study kedua dilakukan melalui teleconference dengan mengundang Tim Pakar dari Kementerian Kesehatan, Pengelolan pendidikan, Kolegium, dan Organisasi Profesi. Sub-study ketiga dilakukan di Rumah Sakit Rujukan Nasional Covid 19 di Indonesia, seperti RSPI Sulianti Saroso, RSUP Persahabatan, RSUD Fatmawati, RSPAD Gatot Subroto, dan sebagainya. Survei dilakukan secara daring pada tanggal 21 September hingga 3 Oktober 2020.
Hasil penelitian yang dilakukan Helmi menunjukkan bahwa dengan pendekatan 4S, ditemukan data bahwa Tim Medis ICU di berbagai RS tidak siap menghadapi surge capacity pada awal pandemi Covid-19.
“Sebelum pengambilan data tentunya kami belum mempunyai gambaran secara gamblang sebenarnya kondisi sebenarnya seperti apa. Waktu itu kami melaksanakan pada awal pandemi, jadi kami ingin tahu apakah sebenarnya keterbatasan itu hanya terjadi di rumah sakit rujukan nasional saja ataukah semuanya. Setelah kami explore ternyata keterbatasan lebih banyak terjadi di rumah sakit rujukan. Ini temuan yang menarik,” papar Helmi pada Senin, (1/8).
Helmi menyampaikan bahwa rekomendasi-rekomendasi untuk meningkatkan kesiapan perlu dilakukan dengan lebih baik untuk dapat lebih siap apabila terjadi lonjakan jumlah pasien Covid-19 kembali.
“4s kami sudah mempunyai instrumen yang bisa digunakan sebagai acuan tim medis. Dengan instrumen tersebut bisa dilihat apa saja yang dibutuhkan sehingga diharapkan para manajemen dan tim medis rumah sakit bisa mempersiapkan dengan baik jika itu terjadi lagi,” tuturnya.
Rekomendasi tersebut dari sisi space adalah jika terjadi kasus lonjakan lagi, Helmi menyarankan untuk tetap menjaga dan tidak merubah apa yang dulu sudah disiapkan untuk Covid-19 menjadi ruang biasa kembali.
Penulis: Desy