Oleh: Prof. Dr. apt. Satibi, M.Si
Fakultas Farmasi UGM merupakan Fakultas Farmasi tertua dan terbesar di Indonesia. Visi Fakultas Farmasi adalah menjadi pelopor pendidikan tinggi farmasi yang unggul di tingkat nasional dan bertaraf internasional, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan kemanusiaan serta dijiwai Pancasila. Sebagai bentuk kontribusi kepada masayarakat dan kemanusiaan, di masa pandemi COVID-19, Fakultas Farmasi UGM telah melakukan produksi hand sanitizer, VTM, pemberian bantuan alat perlindungan diri, dan bantuan multivitamin serta berperan aktif dalam membantu pelaksanaan percepatan vaksinasi di DIY.
Di masa pandemi, kebutuhan hand sanitizer meningkat secara pesat. Di tengah kelangkaan tersebut Fakultas Farmasi UGM berkontribusi dalam pembuatan dan pendistribusian hand sanitizer dalam memerangi pandemi COVID-19. Hand sanitizer ini dibuat oleh para peneliti dan laboran di Fakultas Farmasi UGM. Hand sanitizer yang diproduksi ini terutama ditujukan untuk penggunaan di internal Fakultas Farmasi UGM dan didistribusikan ke beberapa shelter isolasi mandiri pasien COVID-19 serta fasilitas layanan kesehatan di Lingkungan DIY. Sementara itu, instansi-instansi kesehatan yang menjadi prioritas distribusi hand sanitizer buatan Farmasi UGM diantaranya RS Sardjito, RS Akademik UGM, beberapa puskesmas di wilayah DIY, sedangkan lainnya diserahkan kepada Dinas Kesehatan DIY agar dapat terdistribusi secara efektif. Selain pendistribusian hand sanitizer kepada shelter isolasi mandiri dan faslilitas layanan kesehatan masyarakat, Fakultas Farmasi UGM juga mendistribusikan hand sanitizer kepada masyarakat secara langsung.
Dukungan Fakultas Farmasi terhadap pemulihan pandemi tidak hanya terbatas pada pencegahan penularan melalui pemberian hand sanitizer tetapi juga memberikan bantuan alat perlindungan diri berupa sarung tangan dan masker yang didistribusikan ke shelter untuk dapat digunakan bagi penderita maupun relawan. Bantuan multivitamin juga diberikan untuk dosen, staf, dan mahasiswa yang terinfeksi COVID-19 serta diberikan untuk penderita dan relawan yang berada dan bekerja di shelter isolasi mandiri COVID-19.
Dukungan Fakultas Farmasi UGM dalam meningkatkan kemampuan tracing kontak penderita COVID-19 juga dilakukan dengan menginisiasi pembuatan VTM (virus transport media). Para peneliti dan laboran, serta staf Fakultas Farmasi UGM dipelopori oleh Dr. apt. Ika Puspita Sari, M.Si. melakukan pembuatan VTM untuk mendukung pengujian swab PCR (Polymerase Chain Reaction) terhadap virus COVID-19. Pembuatan VTM ini menjawab kebutuhan akan kelangkaan dan mahalnya biaya pengadaan VTM yang sangat dibutuhkan oleh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kemampuan tracing penderita COVID-19. Pembuatan VTM dilakukan dengan mengacu protokol dari Centers for Disease Control and Prevention Amerika dan dijaga kualitasnya sehingga dapat didistribusikan ke luar provinsi DIY bahkan tetap terjaga kualitasnya saat didistribusikan hingga Provinsi Papua.
Vaksinasi merupakan langkah efektif untuk mengurangi transmisi atau penularan COVID-19 dengan cara meningkatkan kekebalan terhadap infeksi. Pemerintah telah mengupayakan banyak cara untuk meningkatkan cakupan vaksinasi COVID-19 mulai dari pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi secara massal. Fakultas Farmasi UGM mendukung peningkatan cakupan vaksinasi masyarakat di DIY dengan memberikan bantuan fasilitas penyimpanan stok vaksin dan membantu dispensing vaksin di lokasi vaksinasi di DIY. Kegiatan ini sejalan dengan kompetensi dosen di Fakultas Farmasi UGM yang juga merupakan apoteker terkait kemampuan dalam pengelolaan obat dan vaksin.
Dalam mengatasi persoalan bahan baku obat yang mayoritas masih impor maka Fakultas Farmasi UGM, Direktorat Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian RI, dan PT. Kimia Farma melakukan kerja sama dalam pengembangan bahan baku obat parasetamol. Kerja sama tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan kemandirian bahan baku obat dalam negeri. Adapun kerja sama yang dilakukan nantinya meliputi kegiatan penelitian, pembuatan, serta produksi skala pilot bahan baku obat parasetamol.
Selain bahan baku obat, permasalahan lain dalam pengembangan obat dan suplemen adalah bioavalaibilitasnya. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan perbaikan formulasi dengan nanoteknologi. Dr Ronny Martien dan Dr. Adhyatmika bersama dengan grup riset lain telah mengembangkan produk-produk nanoteknologi berbasis polimer alami maupun lemak. Beberapa dari produk tersebut telah berhasil dihilirkan, yaitu Piperantis dan OST-D maupun OSDI5000. Piperantis adalah cairan antiseptik non-alkohol yang berfungsi sebagai hand-sanitizer serta mengandung ekstrak sirih (Piper betle), nanokitosan dan benzalkonium klorida. Sedangkan OST-D maupun OSDI5000 merupakan vitamin D dengan teknologi nanopartikel.
Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Farmasi UGM juga berkontribusi dalam pendirian dan pengembangan Teaching Industry dengan branding nama “Citrus House” (CH) yang bekerja sama dengan CV Swarna Bumi Nusantara. Citrus House mengangkat Kulit Jeruk sebagai bahan utama dengan teknologi “Hydrocavitation Extraction” Hingga tahun 2022, Citrus House telah menghasilkan 2 produk unggulan yang mendapatkan izin edar dari BPOM, yaitu HesmuniC sirup dan Lamonir the. Beberapa produk lain saat ini masih dalam tahap riset terapan dan pengembangan antara lain produk cream secang, citrus lotion yang ditujukan untuk produk kosmetika anti-aging.
Tidak hanya itu. Fakultas Farmasi UGM berkontribusi dalam menyelesaiakan permasalahan bangsa melalui penerapan ilmu farmakoekonomi. Beberapa aktivitas yang mendukung upaya tersebut antara lain adalah keterlibatan sebagai anggota Tim Ahli Komite Nasional Penyusunan Formularium Nasional Bidang Farmakoekonomi, anggota penyusunan Pedoman Teknis Analisis Farmakoekonomi di Fasilitas Kesehatan dan Petunjuk Teknis Penilaian Farmakoekonomi Dalam Seleksi Obat, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan-Kemenkes dan tim penelitian cost effectiveness threshold (Kemenkes-WHO).
Dalam penyusunan Formulariun Nasional (Fornas), salah satu pertimbangan dalam pembahasan usulan obat yang akan masuk dalam Fornas adalah farmakoekonomi dengan tujuan memilih obat yang paling cost-effective dalam pelayanan JKN. Pedoman/petunjuk teknis analisis farmakoekonomi ditujukan agar menjadi acuan bagi para peneliti khususnya di fasilitas kesehatan untuk dapat melakukan analisis farmakoekonomi dalam rangka pemilihan obat yang paling cost-effective yang digunakan dalam pelayanan di fasilitas kesehatan serta sekaligus sebagai upaya pengendalian biaya. Studi cost-effectiveness threshold bertujuan untuk memberikan masukan kepada pemerintah dalam menetapkan nilai ambang penerimaan intervensi kesehatan yang dianggap cost-effective sebagai acuan pengambilan kesimpulan dalam studi farmakoekonomi di Indonesia.
Fakultas Farmasi UGM juga berkontribusi dalam kebijakan distribusi obat untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat melalui peran aktifnya sebagai konsultan dan tim di Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan. Kontribusi Fakultaas Farmasi UGM antara lain dalam penyusunan indikator kinerja pengelolaan obat, dan upaya dalam menyelesaikan masalah ketersediaan obat program di fasilitas pelayanan kesehatan.