Lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM berhasil memanfaatkan limbah serbuk gergaji menjadi media tanam untuk budi daya Jamur Tiram. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat kelima mahasiswa FMIPA UGM tersebut berhasil memanfaatkan serbuk yang tidak biasanya yaitu serbuk yang berasal dari jenis kayu keras Jati dan Mahoni untuk budi daya Jamur Tiram.
Adapun kelima mahasiswa FMIPA UGM tersebut adalah Ach. Makhasin, Dania Wafiq Azizah, Ismi Khuzaimah, Saeful Ismail, dan Yustiya Fajriya Romadhonah. Mereka berhasil mendukung program budi daya Jamur Tiram dengan memberdayakan kelompok PKK RT 02 Dusun Semuten yang mayoritas adalah ibu rumah tangga.
“Berbeda dari biasanya yang menggunakan jenis kayu lunak Albasia, kali ini kita mengembangkan media tanam Jamur Tiram dari kayu keras Jati dan Mahoni,” ujar Dania Wafiq Azizah, di FMIPA UGM, Rabu (31/8).
Dania Wafiq menjelaskan Dusun Semuten terletak di Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Di wilayah tersebut, katanya, dikenal sebagai salah satu sentra UMKM mebel kayu jati, dan masyarakat dihadapkan pada persoalan limbah produksi industri mebel yang melimpah dan tidak termanfaatkan secara maksimal.
“Bahkan limbah kayu tersebut menimbulkan kesan kumuh lingkungan sekitar dan pencemaran udara akibat pembakaran serbuk gergaji,” katanya.
Makhasin menambahkan jumlah limbah serbuk kayu di Dusun Semuten bisa mencapai 10 mobil pikap setiap minggunya. Dimana warga biasanya hanya membakar begitu saja atau menjualnya secara murah yakni 10.000 rupiah per mobil pikap.
Padahal, limbah serbuk kayu yang melimpah tersebut mestinya bisa dimanfaatkan sebagai media tanam Jamur Tiram. Serbuk kayu memiliki kandungan lignin dan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan Jamur Tiram.
“Ditambah lagi kondisi lingkungan Dusun Semuten sangat mendukung untuk budi daya Jamur Tiram. Terletak di dataran tinggi dengan iklim wilayah cenderung lembab, tentunya mendukung dan mempermudah pertumbuhan Jamur Tiram,” jelas Makhasin.
Ismi Khuzaimah mengakui budi daya Jamur Tiram menggunakan kayu jati memerlukan waktu lebih lama pada bagian pengomposan. Meski begitu, katanya, budi daya Jamur Tiram menggunakan kayu keras memiliki kelebihan yakni baglog atau media tanam yang dihasilkan memiliki umur simpan lebih lama dari kayu lunak seperti biasanya.
Ia menjelaskan Baglog Jamur cukup diletakkan pada lahan seluas 2 x 8 meter persegi. Dalam prosesnya selanjutnya modifikasi alat juga perlu dilakukan untuk mengurangi biaya modal sehingga budi daya dapat dilakukan dengan modal dan lahan yang terbatas.
“Rangkaian proses budi daya jamur tiram mulai dari pengomposan serbuk, pembuatan baglog, sterilisasi atau pengukusan, inokulasi atau pembibitan, inkubasi atau proses tumbuhnya jamur tiram, dan perawatan dilakukan baik oleh anggota tim maupun anggota PKK itu sendiri. Sekarang, ibu-ibu PKK sudah dapat membuat media tanam sendiri tanpa pendampingan dari tim mahasiswa UGM,” terangnya.
Dengan cara yang dikembangkan para mahasiswa UGM ini, ibu-ibu PKK RT 02 Dusun Semuten sangat antusias untuk belajar dan berpartisipasi mengikuti kegiatan budi daya Jamur Tiram. Program budi daya Jamur Tiram dari mahasiswa FMIPA UGM melalui Program PKM-PM dinilai dapat meningkatkan produktivitas ibu PKK RT 02 Dusun Semuten.
“Kita sangat berterima kasih karena dengan program pemberdayaan ini juga semakin menumbuhkan rasa kekeluargaan antara satu sama lain,” ungkap Ngatinah salah satu anggota PKK Dusun Semuten.
Kedepan program ini diharapkan mampu mengurangi limbah serbuk kayu yang ada di Dusun Semuten, sekaligus mampu meningkatkan produktivitas, dan menambah income ibu-ibu PKK. Selain itu, dapat menjadikan Dusun Semuten sebagai center of learning bagi masyarakat luas yang ingin belajar budidaya jamur tiram dan teknik pengolahannya.
Penulis : Agung Nugroho