Prof. Dr. Kuncoro Harto Widodo, S.T.P., M.Eng. dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Ia menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Sistem Logistik dan Rantai Pasok Cerdas untuk Kedaulatan Pangan yang Berkelanjutan” Selasa (25/10) di Balai Senat UGM.
Ia memaparkan bahwa saat ini setiap negara, organisasi-organisasi internasional, masyarakat dan akademisi berupaya untuk memetakan berbagai alternatif skenario ke depan dalam upaya untuk proaktif mengantisipasi persoalan pangan yang mungkin akan terjadi di tengah berbagai perubahan yang tidak bisa diketahui secara pasti.
“Saat ini dan ke depannya pangan global menghadapi ketidakpastian terutama dikaitkan dengan kinerja sistem pangan dan keberlanjutannya. Ketidakpastian mencakup pertumbuhan populasi dunia, pilihan makanan, kemajuan teknologi, pemerataan pendapatan, sumber daya alam setiap negara, perubahan iklim, dan perdamaian dunia,” papar Kuncoro.
Ia menerangkan, sistem pangan mencakup semua pelaku beserta kegiatan-kegiatan terkait yang memberikan nilai tambah yaitu sejak produksi, pengumpulan, pemrosesan, distribusi, konsumsi dan penanganan bahan sisa produk pangan yang berasal dari pertanian, kehutanan, perikanan dan bagian-bagian yang lebih luas secara ekonomi, sosial dan lingkungan alam.
Dalam perkembangannya sistem pangan perlu memikirkan aspek keberlanjutan, maka dalam mewujudkan ketahanan pangan dibutuhkan suatu pertimbangan yang komprehensif pada tiga hal penting, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan, untuk didedikasikan pada generasi yang akan datang.
Menurut World Food Programme, paling tidak ada 4 faktor kombinasi yang menyebabkan terjadinya krisis pangan yang luar biasa, yaitu konflik karena perang atau kekerasan, climate shocks, pandemi Covid-19, serta berbagai macam biaya yang relatif tinggi terutama terkait dengan aktivitas dalam sistem pangan.
“Dengan pertimbangan banyak hal tersebut, maka setiap negara akan semakin berhati-hati, namun membutuhkan kecepatan dan ketepatan di dalam menentukan langkah-langkah secara terukur untuk mengelola persoalan pangannya. Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar nomor empat di dunia mempunyai kepentingan tentang ketahanan pangan namun dengan berdasarkan pada kemandirian dan kedaulatan pangan nasional,” paparnya.
Untuk mewujudkan kedaulatan pangan tersebut salah satu pendekatan yang diyakini bisa membantu adalah sistem logistik dan rantai pasok. Indonesia sebagai sebuah negara yang wilayahnya sangat luas membentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki kearifan pangan lokal dan sumber daya alam yang beraneka ragam sangat memerlukan adanya sebuah sistem logistik nasional.
Kuncoro memberikan penjelasan terkait sejumlah faktor penggerak utama yang tercantum dalam Sistem Logistik Nasional dan Sistem Logistik Ikan Nasional, yaitu komoditas utama yang diprioritaskan, infrastruktur, pelaku dan penyedia jasa logistik, sumber daya manusia, teknologi informasi dan komunikasi, hukum dan regulasi serta ditambahkan dengan kelembagaan.
“Pada era sekarang ini, keenam faktor penggerak utama tersebut perlu diperkuat dengan pola pikir dan teknologi cerdas yang secara aktif bisa membuat semua proses bisnis logistik dan rantai pasok pangan berjalan cerdas, optimal dan menjamin tercapainya visi kedaulatan dan keberlanjutan,” imbuhnya.
Peran institusi perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada dengan fakultas-fakultas dan sekolah serta pusat-pusat studi yang ada, menurutnya sangat strategis dalam membangun sistem logistik dan rantai pasok pangan. Demikian pula peranan institusi terkait terutama yang relevan dengan sistem logistik pangan, baik di kementerian dan lembaga negara, pemerintah daerah, asosiasi logistik dan rantai pasok, dan yang erat dengan pangan maupun sektor industri sebagai pelaku logistik pangan.