Tim Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada dan Universitas Atma Jaya Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengabdian di Kelurahan Tuksono, Sentolo, Kulonprogo, Yogyakarta. Kegiatan pemberdayaan dan pendampingan kegiatan usaha industri rumahan ini telah berlangsung selama 5 tahun sejak tahun 2017 lalu. Sebanyak 32 lebih industri rumahan yang mendapat pendampingan yakni usaha industri tahu, usaha rempeyek, usaha bakmi, tempe gembus, dan tempe kedelai.
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Dr. Jumeri M. Wikarta, STP., M.Si., menuturkan di awal kegiatan ini lima tahun lalu pihaknya melakukan pemetaan profil industri rumahan di Kelurahan Tuksono baik produk pangan maupun non pangan yang dikelompokkan dalam kategori IR-1, IR-2, atau IR-3. “Di awal kita memberikan bantuan alat-alat produksi untuk industri rumahan tempe gembus yang memanfaatkan ampas tahu,” kata Jumeri kepada wartawan, Jumat (28/10).
Jumeri menyebutkan tema pengabdian yang dilakukan setiap tahunnya berbeda dua tahun di awal dilaksanakan pemetaan dan pemberian alat, namun pada tahun 2020 yang terkena pandemi, pihaknya melakukan penguatan produksi dan pemasaran secara daring disertai penyerahan bantuan sarana dan prasarana terkait Covid-19. “Saat itu pelaku industri rumahan mengalami kesulitan pemasaran yang biasanya dilakukan secara langsung, maka pada tahun 2021 dilakukan pengenalan pemasaran produk secara online sehingga produknya bisa dipromosikan dengan jangkauan yang lebih luas,” jelasnya.
Pada tahun 2022 ini, kata Jumeri, kegiatan pengabdian di Tuksono difokuskan pada program sanitasi dan higiene industri rumahan, kemasan produk industri rumahan, dan digital marketing. Menurut Jumeri, hampir separuh dari jumlah UMKM industri rumahan Tuksono belum memenuhi ketentuan sanitasi dan higiene produk karena sistem pembuangan air dari limbah industri rumahan langsung dibuang ke kebun samping rumah atau sungai. Selain itu, produk yang dijual juga belum memiliki izin P-IRT. “Secara umum dari kondisi sanitasi higiene seluruh industri rumahan yang memenuhi regulasi sebesar 51% dan yang tidak sesuai sebesar 49%,” katanya.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pelaku industri rumahan terhadap kondisi sanitasi higiene, tim dosen FTP UGM telah memfasilitasi mereka untuk mengikuti Pelatihan Keamanan Pangan melalui Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo sebagai salah satu syarat memperoleh sertifikat Produk Izin Rumah tangga.
Sementara dari sisi pemasaran, sebagian besar pemilik usaha telah memiliki perangkat teknologi informasi, namun belum dimanfaatkan secara optimal digunakan kegiatan pemasaran mereka. “Hanya 11 pemilik usaha yang mulai menggunakan bantuan teknologi informasi. Pemilik usaha yang menggunakan e-commerce hanya ada 1 dan pemilik usaha yang menggunakan aplikasi sosial media hanya 10 orang,” katanya
Belum lama ini, kata Jumeri, pihaknya menginisiasi kegiatan mini workshop para pelaku usaha, Karang Taruna, dan tim teknologi informasi Kelurahan Tuksono untuk diberikan pelatihan bimbingan teknis tentang kemasan dan promosi produk industri rumahan. Beberapa hasil dari kegiatan pengabdian ini setidaknya menurut Jumeri beberapa produk industri rumahan sudah dipromosikan di laman web Kelurahan Tuksono dan pencetakan kemasan sudah diarahkan yang lebih informatif untuk membantu pemasaran dan penjualan produk.
Penulis: Gusti Grehenson