Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip di Batam, Kelurahan Sambau, Kepulauan Riau mendapat penghargaan Juara III Kategori Suvenir dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2022. Pengumuman penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) disampaikan pada hari Minggu (30/10). Secara keseluruhan penghargaan ADWI diberikan kepada 50 desa wisata terbaik di seluruh Indonesia dari 3.000 lebih desa wisata yang berpartisipasi tahun ini.
Desa Wisata Kampung Tua Bakau Serip di Batam, Kelurahan Sambau, Kepulauan Riau sebagai desa wisata yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pandang Tak Jemu sejak tahun 2018 ini merupakan salah satu mitra Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PSEK) UGM dalam program Matching Fund di tahun 2021 dan tahun 2022. Desa wisata ini mengandalkan mangrove sebagai atraksi utamanya.
Program Matching Fund Kedaireka merupakan program pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Tekhnologi dengan kemitraan perguruan tinggi dan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) dalam rangka mengatasi tantangan di dalam dunia industri serta mendukung Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Dengan adanya kegiatan ini, PSEK UGM kemudian meluaskan pengembangan ekowisata mangrove di 8 kelurahan lainnya di Batam yaitu di Air Raja, Subang Mas, Galang Baru, Rempang Cate, Pemping, Pecong, Terong, dan Bakau Serip.
drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D selaku caretaker Kepala PSEK UGM mengatakan Program Matching Fund terselenggara atas kemitraan dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) untuk mengembangkan ekonomi lokal di ekosistem gambut dan mangrove dengan ekowisata mangrove. Adapun tujuan utamanya memberikan kontribusi dan prioritas pemerintah untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus merestorasi kesehatan lingkungan terutama di ekosistem mangrove dan gambut.
Disebutnya capaian PSEK UGM di tahun 2022 dalam proses pengembangan ekowisata mangrove di Batam antara lain penyusunan rancangan paket wisata mangrove, Sekolah Ekowisata Mangrove, familiriarization trip, dan pembentukan forum kerja sama pelestarian mangrove dinamakan Forum Mangrove Lestari. Pembentukan Forum Mangrove Lestari ini dilakukan setelah para perwakilan dari masing-masing kelurahan saling bertukar pendapat dan tantangan yang mereka hadapi dalam menjaga ekosistem mangrove melalui Sekolah Ekowisata Mangrove.
“Mereka bersama dengan pihak PSEK UGM dan BRGM menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) sebagai bentuk kesepakatan dan komitmen bersama untuk saling menjaga keterhubungan antar kelurahan untuk menjaga mangrove dan bekerja sama mengembangkan ekowisata mangrove,” ungkap Ika Dewi Ana.
Kegiatan inipun memperoleh sambutan baik dari Drs. Ardiwinata, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam yang juga hadir dalam kegiatan Sekolah Ekowisata Mangrove. Jika tahun 2021 tema kegiatan masih difokuskan pada ekowisata mangrove yang hanya dilakukan di Kepulauan Riau khususnya Kota Batam, maka di tahun 2022 PSEK UGM meluaskan tema ke pengolahan pewarna alami sebagai langkah lain yang bisa diambil dalam mengembangkan ekonomi lokal di lahan mangrove dan gambut untuk Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Selatan.
Kegiatan ini melibatkan 54 mahasiswa UGM yang ditempatkan di 15 desa lokasi penelitian yang tersebar di 8 kabupaten dan 5 provinsi. Yaitu Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Selatan sebagai bagian dari pelaksanaan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Penulis : Agung Nugroho