Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D., meraih penghargaan Young Scientist Award dari International Union of Food Science and Technologist (IUFoST). Penghargaan ini diberikan pada 21th World Congress of Food Science and Technology 2022, Senin (3/11) di Singapura.
Sebagai penerima penghargaan tersebut, Rachma mempresentasikan penelitiannya dengan judul “Development of Meat Substitutes from Filamentous Fungi Cultivated on Left Over Boiling Water of Tempeh Factory” di hadapan 1.200 delegasi dari 60 negara. Inovasi dari penelitian ini adalah pengembangan daging buatan dari jamur benang (mikoprotein) yang ditumbuhkan dari limbah air sisa rebusan kedelai.
“Tren saat ini di bidang pangan adalah menemukan protein alternatif. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah manusia akan meningkat menjadi 9 miliar sedangkan lahan pertanian tidak bertambah, sehingga kita harus menemukan cara untuk mendapatkan makanan baru,” terangnya.
Ia menerangkan, saat ini harga mikroprotein di pasaran terbilang mahal. Dengan memanfaatkan limbah air sisa rebusan kedelai tersebut, Rachma Wikandari bisa menghadirkan mikroprotein berkualitas baik dengan harga murah.
“Saya memanfaatkan limbah pangan untuk makanan, sehingga dapat menangani permasalahan lingkungan dan juga meningkatkan ketahanan pangan,” imbuhnya.
IUFoST sendiri merupakan organisasi beranggotakan negara-negara yang mempunyai asosiasi profesi ahli teknologi pangan, dan World Food Congress merupakan konferensi dua tahunan IUFoST yang terbilang paling bergengsi di bidang ilmu dan teknologi pangan. Kongres tahun ini mengangkat tema “Future of Food – Innovation, Sustainability & Health”.
Penghargaan Young Scientist Award diberikan kepada peneliti muda dan berada di awal karier, yang berkontribusi pada pengembangan bidang pangan dan berpotensi menjadi pemimpin masa depan. Penilaian tidak hanya dilihat dari penelitian dan publikasi, namun juga kontribusi nyata di bidang pangan dan keaktifannya di organisasi internasional.
Rachma Wikandari menjadi peneliti Indonesia kedua yang mendapatkan penghargaan ini sejak diadakan pertama kali di tahun 2006. Penghargaan Young Scientist Award ia terima bersama perwakilan dari tujuh negara lainnya, yaitu Singapura, Taiwan, Swiss, Selandia Baru, India, Cina, dan Swedia.
“Negara berkembang dengan segala keterbatasannya juga bisa meraih penghargaan internasional jika menggunakan strategi yang tepat misalnya lebih menekankan pada aplikasi dan kontribusi untuk mengatasi masalah di sekitarnya dengan dampak yang besar dan mengaitkan dengan isu global,” kata Rachma.
Selain aktif melakukan kegiatan Tridarma, Rachma saat ini juga menjabat sebagai Ketua Dewan Redaksi jurnal agriTECH. Ia juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam sidang Codex Comitee on Food Labelling di tahun 2021. Salah satu artikel yang ditulisnya yang berjudul “Application of cell culture technology and genetic engineering for production of future foods and crop improvement to strengthen food security” menjadi artikel yang paling banyak dibaca di salah satu jurnal internasional bereputasi dan baru baru ini menerima penghargaan dari UGM untuk publikasi terbaik di bidang agro untuk artikelnya yang lain.