Pusat Kesehatan dan Gizi Manusia (PKGM), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan acara “Urun Rembug #2 Sinergi Pentahelix untuk Yogyakarta Bebas Stunting” pada Sabtu, (3/12). Kegiatan ini dihadiri 106 orang perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah, kelompok komunitas, dunia usaha, media massa, akademisi, dan mahasiswa secara luring dan 77 peserta daring.
Kegiatan dibuka dengan sambutan dari dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc, Ph.D, FRSPH selaku Dekan FK-KMK UGM. Dalam sambutannya Yodi menekankan komitmen FK-KMK untuk berkontribusi dalam penyelesaian masalah kesehatan masyarakat termasuk stunting melalui kegiatan tridarma perguruan tinggi. Setelah itu, dilanjutkan penyampaian materi dari unsur akademisi, pemerintah, dunia usaha, komunitas, dan media mengenai pentingnya pengarusutamaan isu stunting pada berbagai pihak.
Ir. Asyantini, MM selaku Wakil Ketua III TP PKK DIY menyampaikan materi tentang “Keterlibatan Masyarakat dalam Mendorong Implementasi Program Gizi Masyarakat”. Pihaknya menyoroti gerakan PKK dalam memprioritaskan program pencegahan dan penanganan stunting. Dalam hal ini, masyarakat perlu dilibatkan karena masyarakat menjadi bagian dari motivator dalam implementasi program tersebut.
“Keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan program gizi, berupa tindakan-tindakan untuk penanggulangan masalah gizi dan untuk meningkatkan status gizi masyarakat,” tutur Asyantini.
Sementara Abdul Hakim, Project Manager International Labor Organization (ILO) membawakan materi tentang “Health Promoting Workplace, sebagai Penjaminan Hak Gizi dan Kesehatan Karyawan”. Pihaknya menyampaikan bahwa paparan zat berbahaya tertentu atau kondisi kerja berbahaya dapat memengaruhi kesehatan reproduksi perempuan sebelum atau sesudah pembuahan terjadi.
Efek buruk akibat paparan pekerjaan juga dapat terjadi setelah lahir, yang memengaruhi perkembangan bayi atau anak. “Meskipun efek yang terjadi setelah lahir tidak dianggap sebagai bahaya reproduksi, penting untuk diketahui bahwa bayi baru lahir dan anak-anak sangat sensitif terhadap efek zat berbahaya,” ungkapnya.
Dalam penanganan stunting, Hakim mendorong pekerja perempuan untuk mencatat kondisi kerja mereka, serta nama-nama bahan kimia, zat biologis atau fisik, dan situasi berbahaya yang mungkin mereka hadapi. Begitu pula dengan P2K3 atau unit K3 perlu menyadari bahwa ini adalah area sensitif bagi banyak perempuan untuk didiskusikan.
Sementara itu, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) selaku Kepala BKKBN memaparkan “Kaleidoskop Satu Tahun Pendampingan Keluarga untuk Penurunan Angka Stunting” dan Wisnu Martha Adiputra, SIP, M.Si selaku Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM mengulik peran media dalam “Membangun Komunikasi Publik untuk Mendorong Upaya Penurunan Stunting”.
Sesi penyampaian materi diakhiri dengan Launching Kanal Ilmu Pengetahuan Bersatu Atasi Stunting (BERANTING) yang disampaikan oleh Mutiara Kusuma, PhD dan Maria Wigati, MPH mewakili tim pelaksana Jogja ISTIMEWA: Inisiasi Sinergi oleh Perguruan Tinggi Menuju Kawasan Bebas Stunting.
Penulis: Whafir