Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Balai Besar Wilayah (BBWS) Sungai Serayu Opak dan Kelompok Tani Lestari Mulyo Dusun Nawungan I, Selopamioro, Imogiri, Bantul, melakukan revitalisasi embung pertanian melalui pemasangan geomembrane dan pembuatan desain jaringan long storage. Kegiatan tersebut merupakan penerapan inovasi teknologi antisipasi kekeringan di lahan pertanian sebagai implementasi konservasi sumber daya air melalui jaringan embung dan long storage.
“Kita mencoba memberikan solusi atas permasalahan air pada lahan pertanian Dusun Nawungan melalui pemasangan geomembrane pada embung pertanian milik Kelompok Tani Lestari Mulyo,” kata Nur Ainun H.J.Pulungan, Ph.D selaku tim peneliti Ainun pada acara sosialisasi hasil kegiatan Kedaireka yang diselenggarakan di GOR Manahan Nawungan, Selasa (13/12).
Nur Ainun menyebutkan karakteristik wilayah Desa Selopamioro, khususnya Dusun Nawungan, memang rentan terhadap kekeringan. Tidak hanya kekeringan meteorologis melainkan juga kekeringan agronomis menjadi kendala bagi perkembangan lahan pertanian di Nawungan ini.
Bersama tim dan mahasiswa yang mengikuti program MBKM, terlibat dalam pemotretan foto udara lahan pertanian Kelompok Tani Lestari Mulyo, interpretasi lokasi embung melalui foto udara, survei embung, pengukuran dimensi embung, hingga pemasangan geomembrane yang juga memberdayakan anggota kelompok tani. “Apa yang kita lakukan mendapatkan respons yang sangat positif, terlihat dari besarnya antusiasme anggota kelompok tani dalam membersamai tahapan-tahapan kegiatan ini,” paparnya.
Meski demikian, imbuh Ainun, petani juga harus mulai membiasakan memanfaatkan air hujan untuk ditampung dalam embungnya, supaya mengurangi penggunaan air tanah demi keberlanjutan sumber daya air. Sebab, penggunaan air tanah terus menerus dapat mengancam keberlanjutan sumber daya air di masa depan. “Kita mengajak bersama-sama menjaga kelestarian sumber daya air melalui pemanfaatan embung yang telah direvitalisasi,” jelasnya.
Shakti Rahadiansyah dari BBWS Serayu-Opak juga menjelaskan bahwa embung yang masih didasari oleh tanah dan batuan memang cenderung mengalami rembesan sehingga perlu direvitalisasi dengan memberi lapisan impermeable pada sisi-sisi embung seperti pemasangan geomembran. “Semua itu dilakukan agar dapat menampung air lebih banyak dan jumlah air yang dapat tertampung sesuai dengan volume ukuran dari embung tersebut seperti yang diharapkan oleh petani,” katanya.
Sementara, Chandra Setyawan, Ph.D, anggota tim peneliti dari Fakultas Teknologi Pertanian UGM menambahkan dengan dilapisi geomembran, diharapkan petani dapat terhindar dari kerugian akibat kehilangan air yang rembes tersebut dan jumlah air yang dapat tertampung sesuai dengan ukuran volume maksimal embung tersebut seperti yang diharapkan oleh petani.
Ketua tim pengusul, Dr. Jamhari, S.P.,M.P., mengatakan Desa Selopamioro, khususnya dusun Nawungan I, memiliki potensi pertanian yang baik. Salah satu produk unggulan daerah ini adalah bawang merah. Produktivitas bawang merah di sini mencapai 10 hingga 23 ton per hektare. “Hasil produktivitas bawang merah ini cukup baik dan bisa mensejahterakan petani. Namun, permasalahan sumber daya air yang dihadapi oleh petani juga cukup serius. Akan terjadi penurunan produktivitas yang signifikan manakala permasalahan air ini tidak segera diatasi,“ ujarnya.
Penulis: Gusti Grehenson