Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (PSLH UGM) melaksanakan program pengabdian pada masyarakat. Pengabdian kali ini dilakukan di Desa Pinge, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan Bali.
Kedatangan tim PSLH UGM Jumat (16/12) disambut dengan jamuan makan malam khas Desa Pinge dan pertunjukkan tari Puspawresti. Tari Puspawresti merupakan tari yang menggambarkan rasa penghormatan dan ramah tamah warga untuk menyambut kedatangan pada tamu.
Kepala PSLH UGM, Dr. Pramono Hadi, M.Sc., mengatakan kedatangan tim PSLH UGM ke Desa Pinge untuk belajar sekaligus mengeksplorasi potensi Desa Pinge supaya dapat memberikan rumusan dalam upaya optimalisasi Desa Pinge sebagai Desa Wisata adat yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah trekking mengelilingi Desa Pinge.
Tujuan trekking untuk mengeksplorasi kawasan Desa Pinge sehingga bisa diketahui potensi yang dimiliki dan dapat dioptimalkan ke depannya. Tim pun menyusuri persawahan, ladang bunga, bukit kecil, perkebunan warga, hingga sungai dengan jarak sejauh 5,3 km yang cukup membuat seluruh tim PSLH dapat melihat secara langsung potensi di Desa Pinge.
Usai melakukan perjalanan selama 1,5 jam, tim PSLH pun beristirahat di pemberhentian terakhir di Laduma. Laduma ini merupakan sebuah balai perkumpulan yang oleh warga Desa Pinge dijadikan tempat untuk berkegiatan.
“Laduma berasal dari bahasa Bali, “La” berarti bekas dan “dume” berarti sawah. Jadi, Laduma ini sebelumnya merupakan persawahan yang sudah tidak produktif yang kemudian dimanfaatkan oleh warga masyarakat Desa Pinge supaya lebih produktif dibangun balai untuk kegiatan desa wisata,” ujar Pramono Hadi, di Kampus UGM, Jumat (23/12).
Di Laduma seluruh tim PSLH UGM dan masyarakat melakukan diskusi Mengangkat Potensi dan optimalisasi Desa Pinge. Dari hasil eksplorasi terdapat sejumlah hal yang perlu diperbaiki dan beberapa potensi yang perlu dioptimalkan di Desa Pinge.
Mulai dari pengelolaan sampah dan pengelolaan sumber air. Selain itu, menyangkut potensi desa wisata sebagai agen penyerapan emisi gas rumah kaca melalui lanskap hijau yang harus dipertahankan dengan memunculkan keunikan desa guna mendukung pembangunan ekonomi desa yang berkelanjutan.
“Sebagai desa wisata setidaknya mampu memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan atau yang biasa disebut dengan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability). Empat aspek tersebut tentunya harus selalu menjadi pegangan bagi Desa Pinge disamping tetap memegang teguh adat yang memang pada dasarnya selaras dengan nilai-nilai tersebut,” ungkap Pramono Hadi.
Ke depan harapannya segera ditindaklanjuti soal sistem pengelolaan air yang sesuai dengan kondisi Desa Pinge. Tim PSLH UGM mendapati Desa Pinge tetap dapat memenuhi kebutuhan air seperti yang berlangsung selama ini yaitu mengandalkan langsung dari mata air dan salah satu langkah yang bisa ditempuh dengan mempertahankan eksistensi sumber mata air dari hulu serta berusaha untuk menjadikan kawasan hulu tidak berubah menjadi kawasan perhotelan maupun industri.
“Yang penting juga ditekankan agar supaya Desa Pinge tetap mempertahankan dan meningkatkan kebiasaan untuk tidak menggunakan plastik sekali pakai ketika melayani tamu wisata,” ucap Dr. Eko Sugiarto, D.E.A, Tenaga Ahli PSLH UGM.
Selain berdiskusi dengan warga, dalam pengabdian kali ini PSLH UGM juga memasang Barcode di pintu masuk Desa Wisata Pinge yang terhubung dengan website yang memublikasikan mengenai Desa Wisata Pinge. PSLH UGM juga memberikan bantuan berupa pembangunan lighting sign board yang menggunakan sumber energi tenaga surya di pintu gerbang Desa Wisata Pinge.
Hal tersebut dilakukan PSLH UGM sebagai kontribusi untuk membantu mengenalkan Desa Pinge ke masyarakat luas sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan energi baru terbarukan (EBT). PSLH UGM berupaya untuk turut serta mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia melalui akar rumput sebagaimana slogan PSLH UGM yaitu “Lestari untuk Negeri”.
Seluruh tim PSLH selama di Desa Pinge menginap di rumah-rumah warga. Dengan tinggal di rumah penduduk, tim PSLH UGM pun bisa merasakan dan menyelami seluk beluk masyarakat di Desa Pinge. Selama menginap tim mendapat pembelajaran berupa memasak, menyiapkan canangwaluh untuk penjor, hingga membantu membuat anyaman-anyaman untuk wadah sesajen. Usai pengabdian di Desa Pinge, tim PSLH UGM selanjutnya menuju Seminyak guna melakukan Refleksi dan Proyeksi Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM menuju tahun 2023.
Penulis : Agung Nugroho