Kepala Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM, Prof. Dr. Bambang Hudayana, M.A., dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Antropologi pada Fakultas Ilmu Budaya UGM, Kamis (19/1). Ia menjadi satu dari 367 guru besar aktif di UGM dan satu dari 11 guru besar aktif di Fakultas Ilmu Budaya. Pidato yang ia sampaikan pada upacara pengukuhan berjudul “Sumbangsih Antropologi dalam memperkuat Gerakan Masyarakat Adat di Indonesia”.
“Tema itu dipilih karena antropologi merupakan sebuah disiplin yang mempelajari tentang keanekaragaman masyarakat dan kebudayaannya sehingga menghasilkan sikap ilmiah yang memberikan apresiasi dan rekognisi atas hak-hak masyarakat di seluruh penjuru dunia dalam melestarikan dan mengembangkan kebudayaannya,” paparnya.
Ia menerangkan, masyarakat adat memiliki nasib serupa dengan masyarakat asli di berbagai belahan dunia yang mengalami diskriminasi, perampasan, dan pemindahan dari wilayahnya. Di Indonesia sendiri, masyarakat adat mengalami pelemahan eksistensi dan penghidupannya secara masif ketika Orde Baru berkuasa.
Setelah reformasi, gerakan masyarakat adat melakukan berbagai agenda aksi untuk meningkatkan posisi tawarnya dalam relasi kuasa dengan negara, salah satunya dengan melakukan konsolidasi gerakan sehingga mampu mendirikan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) pada tahun 1999.
“Tren kemajuan gerakan masyarakat adat merupakan buah karya perjuangan mereka sendiri dengan dukungan dan kerja kolaboratif dengan berbagai OMS termasuk lembaga swadaya masyarakat dan aktivisnya, media, dan akademisi kritis,” ucapnya.
Kaum akademisi dari disiplin seperti antropologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu hukum dan pembangunan sosial banyak menyumbangkan pemikiran bagi masyarakat adat. Sesuai dengan mandat keilmuan, antropologi ikut memberikan kontribusi yang spesifik bagi masyarakat adat dalam bentuk produksi pengetahuan yang relevan untuk alat perjuangan, berperan sebagai profesional antropologi di lapangan, dan terlibat langsung dalam gerakan dengan ikut memfasilitasi kegiatan advokasi dan pendampingan.
Dalam pidatonya, Bambang menerangkan enam sumbangsih antropologi bagi gerakan masyarakat adat, di antaranya menghasilkan karya dan metode etnografi, menghasilkan etnografi dan sikap kritis terhadap pembangunan, menghasilkan kajian ekonomi politik atas dominasi perusahaan ekstraktif terhadap masyarakat adat, dan menghasilkan karya etnografi yang bersikap kritis terhadap land grabbing.
Selain itu, sumbangsih lainnya adalah memperkenalkan antropologi terapan untuk pemberdayaan masyarakat adat yang aplikatif serta terlibat langsung dalam agenda gerakan sosial masyarakat adat. Bambang menambahkan, meskipun telah memberikan beragam sumbangsih dalam memuliakan masyarakat adat, tetapi kerja antropologi menurutnya belum maksimal.
“Para antropolog harus meningkatkan kinerjanya dalam memproduksi etnografi dan mengembangkan berbagai penelitian aksi,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, para antropolog hendaknya menghasilkan lebih banyak karya etnografi yang berpihak, dan mengembangkan metode dan instrumen pemberdayaan masyarakat adat. Para antropolog sebaiknya juga memiliki keahlian dan pengalaman untuk melakukan penelitian aksi karena penelitian semacam ini bisa diabdikan untuk kepentingan subjek yang ditelitinya.