Selama 77 tahun perjalanan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) telah mengalami perubahan dan meraih banyak capaian yang membanggakan sehingga menjadikan fakultas ini tetap tegak berdiri menjadi pilar utama pengembangan Ilmu-Ilmu Humaniora. Berbagai pencapaian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tentu merupakan akumulasi buah perjuangan dan kerja keras seluruh civitas akademika dan bukan merupakan prestasi sesaat.
“Meskipun pimpinan fakultas silih berganti, cita-cita untuk menjadikan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada tegak berdiri dan menjadi semakin maju adalah keniscayaan yang harus terus dijaga dan saya yakin akan tetap terpatri dan menjadi tujuan kita semua,” ujar Prof. Dr. Setiadi, S.Sos., M.Si saat menyampaikan Laporan Dekan di puncak peringatan Dies ke-77 Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Setiadi dalam kesempatan ini menyampaikan kemajuan di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan alumni. Ia juga menyampaikan perkembangan terkait sumber daya manusia, aset dan keuangan serta ekosistem pendukung yang berkesinambungan.
Dalam hal proses pembelajaran dia menjelaskan bahwa di tahun 2022 menjadi penanda semakin berkembangnya model pembelajaran yang diterapkan oleh masing-masing pengampu mata kuliah di lingkungan FIB UGM. Pembelajaran bauran yang dianggap merepotkan di awal pada akhirnya menjadi alternatif terbaik dalam proses pembelajaran.
Hal ini mendorong munculnya inovasi dan pengembangan model pembelajaran tersebut. Bahkan, selama 2022 terdapat 38 mata kuliah yang telah dilaksanakan dengan berbasis blended learning dan MOOC penuh, baik yang diselenggarakan mandiri oleh dosen pengampu, maupun bekerja sama dengan mitra.
Hal ini tentu perlu diapresiasi mengingat target awalnya hanya 12 mata kuliah. Inovasi pembelajaran itu dikuatkan dengan pelaksanaan OBE, Outcome Based Education yang multidisplin serta penerapan metode pembelajaran pemecahan kasus (case method) dan bermuatan pengembangan karakter sesuai nilai-nilai ke-UGM-an.
“Dapat kami laporkan bahwa dokumen menunjukkan 100 persen mata kuliah yang dilaksanakan pada 2022 telah menerapkan OBE. Selanjutnya, FIB harus menghadapi tantangan pelaksanaan OBE ini dengan memanfaatkan berbagai platform informasi akademik, seperti Simaster (Sistem Informasi Terintegrasi), SIOBA (Sistem Informasi Outcome Based Assesment), dan SISTER (Sistem Informasi Sumber Daya Terintegrasi),” jelasnya.
Setiadi menyebut kegiatan pembelajaran di FIB didukung pula oleh keberadaan unit-unit pendukung kegiatan akademik. Pusat Bahasa dengan Fellas (Foreign Language Learning Service) dan Inculs (Indonesian Language and Culture Learning Service) yang terus berbenah dan mengembangkan diri dengan menyelenggarakan lokakarya bagi para pengajar secara berkala, pembuatan modul-modul baru yang sesuai dengan kebutuhan pembelajar, dan pengelolaan yang terus meningkat.
Unit Testing memastikan AcEPT (Academic English Proficiency Test) dan TIFL (Test of Indonesian as a Foreign Language) dapat dihasilkan secara maksimal, baik dalam hal jumlah set soal maupun kualitasnya. Selama tahun 2022, Pusat Bahasa telah menyelenggarakan tes AcEPT bagi 14.188 peserta dan mengajar peserta kursus sebanyak 467 orang.
“Sementara itu, keberadaan UJM selama ini telah mendampingi proses penjaminan mutu di tingkat fakultas dengan sangat baik, dan harapannya pada 2023 mendukung penuh upaya prodi-prodi memperoleh akreditasi Unggul,” terangnya.
Setiadi dalam kesempatan itu juga menyampaikan luaran penelitian berupa publikasi artikel dosen-dosen FIB UGM pada jurnal internasional bereputasi pada tahun 2022 meningkat menjadi 51 artikel atau meningkat 104 persen dibandingkan tahun 2021 dimana tercatat ada 25 artikel publikasi internasional di jurnal bereputasi. Departemen Antropologi menduduki tempat tertinggi untuk publikasi jurnal internasional, yaitu sebanyak 27 atau sekitar 50 persen dari jumlah keseluruhan.
Selanjutnya, jumlah terbanyak kedua adalah DBS sebanyak 16 artikel. Sebagai gambaran, di tahun 2021 Departemen Antropologi menyumbang jumlah publikasi internasional bereputasi terbesar dengan 11 publikasi dari 25 publikasi pada kategori ini yang dihasilkan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Artinya, departemen ini berkontribusi sebesar 44 persen dari total jumlah publikasi pada jurnal internasional bereputasi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, disusul Departemen Bahasa dan Sastra sebanyak 36 persen.
“FIB UGM terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas publikasi dosen. Di bawah koordinasi Wakil Dekan Bidang Penelitian, Kerjasama, dan Alumni, telah dilakukan berbagai program pendampingan penulisan artikel ilmiah. Program khusus ini telah dilaksanakan untuk Ketua Departemen dan Ketua Prodi yang sehari-hari berkutat dengan tugas pengembangan departemen maupun program studi,” paparnya.
Fakultas Ilmu Budaya UGM pada tahun 2022 berperan aktif dalam penerbitan jurnal-jurnal ilmiah program studi, termasuk pembentukan jurnal-jurnal baru. Saat ini Biro Jurnal dan Penerbitan FIB UGM telah memiliki 12 jurnal ilmiah di lingkungan fakultas, 2 terindeks internasional DOAJ, 6 terakreditasi SINTA, 9 terindeks Garuda, dan 3 merupakan jurnal baru. Poetika sebagai jurnal sastra yang saat ini terakreditasi Sinta 2 telah mengajukan permohonan menuju jurnal internasional bereputasi.
Sementara itu, Kepala Board of Trustee, Basuki Wiwoho, telah berkomitmen menyediakan anggaran sebesar 10 M untuk mendukung kegiatan-kegiatan Pusaka Jawa. Bank BTN telah menyediakan anggaran CSR untuk renovasi, teman-teman di Syafix UNU, Pijar Jakarta, dan tentu saja kepada Prodi Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa yang telah bersinergi dan bekerja keras sehingga memungkinkan Pusaka Jawa bisa terwujud dalam waktu kurang dari 2 bulan. Untuk itu, belajar dari proses pendirian Pusaka Jawa, tahun 2023 FIB UGM akan menginisiasi berdirinya Pusat Kajian Wisata Budaya.
“Terima kasih kepada Rektor UGM yang telah memberi kepercayaan kepada FIB untuk terlibat dalam pengelolaan Wisata Kampus dan penataan lanskap UGM. Kegiatan ini akan menjadi awal dari tim FIB berkiprah dalam wadah Pusat Kajian Wisata Budaya,” ucapnya.
Sedangkan, dalam orasi ilmiahnya Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, M.A., M.Phil menyampaikan pidato berjudul Transdisiplin, Etnosains dan Kebudayaan. Bahwa peradaban manusia yang semakin maju ternyata belum berhasil mencegah terjadinya peperangan, pandemi yang membunuh jutaan manusia, kerusakan lingkungan, kemiskinan, kejahatan, dan sebagainya. Para ilmuwan kini semakin menyadari bahwa berbagai masalah tersebut tidak mungkin diselesaikan hanya dengan bekerja sendiri-sendiri. Mereka harus bekerjasama untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Iapun menerangkan soal trend keilmuan yang menuntut untuk mewujudkan ketransdisiplinan, ketransilmuan agar dapat menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya. “Saya menawarkan Etnosains sebagai paradigma transdisiplin yang kita manfaatkan dan kembangkan untuk merespon trend tersebut mengingat keterhubungan antar bidang ilmu yang dapat diwujudkan melalui paradigma tersebut”, ujarnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie