Rasa bahagia dirasakan Muhammad Karim Amrullah, S.H., M.H alumnus Fakultas Hukum UGM saat berhasil meraih Juara 1 Lomba Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan Ombudsman RI. Dalam LKTI HUT Ombudsman RI, dia mengajukan Karya Ilmiah berjudul Aksesibilitas Pelayanan Publik Bagi Disabilitas Fisik Hingga Pelayanan Informasi.
Tidak hanya itu, di tahun lalu (2022) iapun berhasil meraih Penghargaan Difabel Berprestasi Nasional tahun 2022 dari Kemenpora. Penghargaan diterimanya saat berlangsung Puncak Hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun 2022 di Ibukota Negara (IKN) Nusantara Kalimantan Timur.
Muhammad Karim Amrullah kini menjadi dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik Universitas Negeri Yogyakarta. Ia memang dikenal sebagai pemuda yang pantang menyerah meski memiliki keterbatasan fisik
Baginya keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih prestasi. Meski menyandang tunadaksa dimana kedua tangannya tidak bisa berfungsi sempurna, namun saat kuliah di Fakultas Hukum UGM ia berlangganan memiliki Indek Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata 3,25. Sehingga tidak mengherankan bila dirinya juga pernah dinobatkan menjadi mahasiswa beprestasi terbaik Fakultas Hukum UGM.
“Senang sekali dapat memperoleh Penghargaan Pemuda Difabel Berprestasi Nasional Tahun 2023. Dua alumni kita telah memperoleh penghargaan tersebut, alm. Fahmi Husein tahun 2019 dan Mas Mukhanif Yasin Yusuf tahun 2020”, ujarnya, di Kampus UNY, Senin (13/3).
Ia merasa bangga dapat melangkah ke IKN Nusantara sehingga dapat kembali mengunjungi Kalimantan setelah sebelumnya sempat bekerja sebagai Corporate Legal di PT Pamapersada Nusantara. Kebanggaan semakin bertambah saat dirinya bertemu dengan teman-teman se-Indonesia.
“Luar biasa semangat dan capaian teman-teman, terutama manfaat yang mereka tebarkan bagi sesama”, ujarnya.
Karim mengaku apa yang ia peroleh bukanlah keberhasilan pribadi semata. Prestasi tersebut wujud upaya bersama dalam memperjuangkan isu difabel. Perjuangan untuk diberikan kesempatan yang sama dan setara bagi semuanya.
“Begitulah semangat yang terus membara. Everyone has ability, semua orang memiliki kemampuan dan keunikan karenanya kita semua memiliki hak yang sama dan setara sebagai manusia”, terangnya.
Iapun bercerita suka duka saat mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah yang diseleneggarakan Ombudsman RI. Sukanya, menurutnya, tidak menyangka akan dapat memperoleh Juara 1 dan berkesempatan untuk berbagi dan bertukar pikiran dengan Ombudsman RI, khususnya dengan Dr. Hartoyo, S.H., M.Hum., M.Si.
Meski sering mendapat prestasi, perjalanan Muhammad Karim Amrulah tidak selalu mulus. Diapun mengaku sempat mengalami frustrasi saat menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar. Pasalnya ia sering diejek oleh teman sekelasnya karena memiliki keterbatasan fisik.
“Dulu saya sempat minder, sehingga takut berangkat sekolah. Tapi Ibu saya selalu bilang, ikhlaskan saja, doakan orang yang mengejek bisa sadar dan memahami kondisi difabel,” ucapnya berkisah.
Pesan ibunya ternyata menjadi kekuatan untuknya dan selalu menyemangati. Ia selalu teringat untuk tidak mengindahkan segala olokan teman-temannya, dan semenjak itu ia selalu berusaha bisa beprestasi diantara teman-temannya.
Cacat bawaan yang dimilikinya, menurut cerita Karim karena dirinya harus menghadapi operasi tulang punggung akibat menderita scoliosis. Scolionis merupakan penyakit kelainan pada tulang.
“Waktu itu kata dokter operasinya sangat beresiko, jika gagal bisa meninggal atau tambah parah. Dari situlah saya berjanji, jika Tuhan memberikan saya kesempatan hidup, saya akan berubah jadi lebih baik lagi,” kenangnya.
Penulis : Agung Nugroho