Kemeriahan UGM Faculty Fair 2023 hari kedua ditutup dengan gelar wicara seputar pelaksanaan Seleksi nasional Berbasis Tes (SNBT) dan Seleksi Mandiri UGM. Materi ini disampaikan langsung oleh Ketua Pelaksana Eksekutif SNPMB, Prof. Dr. Budi P. Widyobroto, DEA., DESS dan Direktur Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med. Ed., Ph.D pada Minggu (19/3) di Grha Sabha Pramana dan disiarkan langsung melalui YouTube UGM Channel.
Jelang pengumuman seleksi berbasis prestasi, banyak pertanyaan yang muncul di kalangan siswa. Salah satunya adalah apakah domisili menjadi salah satu aspek yang berpengaruh pada hasil SNBP. Hal itu dijawab dengan tegas oleh Prof. Budi. “Kalau kaitannya dengan daerah itu sebetulnya tidak ada urusan. Ada namanya indeks sekolah, di mana setiap perguruan tinggi memiliki indeks sekolah. Ini berkaitan dengan perbandingan jumlah pendaftar dengan yang diterima,” ucapnya.
“Karena tiap sekolah memiliki raport yang berbeda-beda, perguruan tinggi dituntut untuk memperhitungkan semua raport tersebut agar menjadi fair. Untuk itu, ada indeks-indeks yang harus ditambahkan. Seperti akreditasi sekolah, performa dari alumni-alumni sekolah tersebut, dan indeks lainnya,” kata Prof. Gandes menambahkan.
Beralihnya sistem pelaksanaan seleksi perguruan tinggi tahun ini, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya, namun ada beberapa poin yang perlu diperhatikan. Menurut penjelasan Prof. Budi, seleksi tahun ini hanya memiliki tiga jenis tes, yaitu TPS, literasi bahasa indonesia dan bahasa Inggris, serta penalaran matematika. Perubahan ini memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilih program studi sesuai minatnya, terlepas dari jurusan di SLTA-nya.
Sebanyak 1,43 juta siswa telah mengikuti proses finalisasi akun SNPMB yang sudah ditutup sejak 17 Maret lalu. “Setelah pengumuman nanti, adik-adik yang diterima melalui jalur SNBP otomatis akan ditandai agar tidak bisa mendaftar ke SNBT. Kalau sudah lolos SNBP tapi belum melakukan daftar ulang, maka mohon maaf, bisa dikenakan hukuman berupa tidak boleh mendaftar seleksi dua tahun kedepan,” tutur Prof. Budi. Pun bagi yang belum lolos jalur SNBP dan SNBT, masih ada jalur mandiri yang disediakan masing-masing perguruan tinggi, termasuk UGM.
Tak hanya memaparkan sistem pelaksanaan seleksi, Prof. Gandes turut menanggapi isu penerapan Sumbangan Sukarela Pengembangan Institusi (SSPI) yang banyak diperdebatkan di masyarakat. “Mulai tahun 2023 ini, UGM memberlakukan dua jenis UKT, yaitu UKT Unggul dan UKT Unggul Bersubsidi. UKT bersubsidi ini ada yang 100%, 75%, 50% dan 25%. Perlu digarisbawahi, penentuan UKT ini ditentukan bukan sebelum diterima, melainkan setelah diterima. Jadi tidak mempengaruhi proses seleksi. Setelah lolos seleksi, akan ada dokumen yang harus di-upload untuk kemudian kami hitung penerimaan subsidinya,” ungkap Prof. Gandes. Penerapan SSPI tentunya ditujukan agar lebih banyak siswa yang dapat mengakses pendidikan tinggi di UGM, khususnya yang berasal dari daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Penulis: Tasya