SEA Games merupakan kegiatan olahraga terbesar di Asia Tenggara yang dilaksanakan dua tahun sekali. Pada tahun 2023, Kamboja menjadi tuan rumah perhelatan event akbar ini. Dr. Dafri Agussalim, M.A. selaku Direktur Eksekutif ASEAN Studies Center, Universitas Gadjah Mada mengungkapkan bahwa Asean Games 2023 menyisakan sedikit masalah. Permasalahan pertama adalah dari sisi pelayanan yakni banyak pihak yang melakukan komplain terkait fasilitas yang kurang memadai. Kemudian permasalahan selanjutnya adalah komplain terhadap penerapan aturan-aturan yang oleh sebagian pihak dianggap aneh karena tidak seperti peraturan yang biasanya diberlakukan.
Menurutnya, hal ini harus bisa dipahami karena Kamboja merupakan salah satu negara anggota ASEAN yang pembangunan ekonominya masih di bawah negara-negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Indonesia. Hal ini memungkinkan dari sisi kemampuan sumber daya Kamboja tidak cukup memadai untuk mengadakan kegiatan Asean Games.
“Kegiatan SEA Games dilaksanakan setelah Covid-19 sehingga aktifitas-aktifitas sosial dan lainnya baru saja normal kembali yang mengakibatkan persiapan Kamboja belum maksimal dalan pelaksanaannya khususnya SDM, keuangan, dan sebagainya,”kata Dafri, Senin (15/5).
Ia juga menjelaskan bahwa ada pergeseran konstruksi mengenai tujuan diadakannya kegiatan SEA Games. Tujuan awal diadakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan solidaritas, soliditas, dan kohesifitas serta menciptakan identitas ASEAN. Namun, hal itu bertolak belakang dengan yang terlihat akhir-akhir ini. Tujuan dilaksanakan event olahraga terbesar se-Asia Tenggara tersebut sudah berubah. Hal ini dikarenakan ada indikasi tuan rumah lebih mengutamakan tujuan untuk keluar sebagai juara umum dengan mengumpulkan banyak medali daripada tujuan awal dilaksanakannya SEA Games.
“Banyak sekali aturan-aturan yang saya baca berubah atau tidak normal. Ada satu cabang olahraga (cabor) misalnya yang tidak bisa main kemudian medalinya langsung dikasihkan ke tuan rumah, tentu ini aneh,” ungkapnya.
Indonesia merupakan negara yang besar dan berposisi sebagai ketua ASEAN, namun perannya tidak terlalu besar dalam konteks menjadikan SEA Games menjadi lebih fair dan objektif sehingga hanya bisa mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan.
“Ke depan Indonesia harus berinisiatif untuk mengajak para anggota negara-negara ASEAN untuk membicarakan tentang SEA Games mengenai sustainibility, aturan main, standar pelayanan dan seterusnya. Ini kesempatan bagi Indonesia sebagai negara besar dan ketua ASEAN yang memiliki power untuk perbaikan pelaksanaan SEA Games,”tuntasnya.
Penulis: Rifai
Foto: kemenpora.go.id