Isu-isu perkotaan dan pengembangan kota cerdas menjadi bagian yang perlu untuk didiskusikan dalam membahas trend pengembangan perkotaan. Konsep kota cerdas menjadi penting dewasa ini dan banyak diadopsi oleh kota-kota di dunia terutama dalam perencanaan dan pengelolaan kota yang sarat akan inovasi.
Maraknya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diantaranya teknologi digital telah membawa perubahan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Menguatnya pemanfaatan TIK menjadikan transformasi ruang menuju ruang virtual yang membawa konsekuensi reorientasi dan masa depan Bidang Geografi, Geografi Perkotaan, dan Pengembangan Perkotaan.
“Tentang ruang virtual ini tentunya akan menjadi fokus utama dalam kaitannya dengan transformasi ruang yang banyak dipengaruhi oleh adanya kemajuan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,” ujar Prof. Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T, di Balai Senat UGM, Selasa (16/5) saat dikukuhkan dalam jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Geografi Perkotaan pada Fakultas Geografi UGM.
Rachmawati menuturkan perubahan konsep ruang, pergerakan, dan desentralisasi lokasi akibat pemanfaatan TIK telah menggoyahkan konsep ruang dan pergerakan yang selama ini didominasi oleh ruang fisik dan bergeser ke pemanfaatan ruang virtual. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan pergerakan penduduk baik dari pusat kota ke pinggiran maupun sebaliknya.
Menyampaikan pidato pengukuhan Ruang Kota Masa Depan: Implementasi Konsep Smart City untuk Smart Sustainable Urban Development, ia menyebut momentum pandemi Covid-19 telah banyak membawa perubahan pada masyarakat dalam mengakses layanan publik perkotaan melalui inovasi berupa aplikasi berbasis TIK. Bahkan, hasil pemetaan menggunakan data Laporan Mobilitas Komunitas Google (Google Community Mobility Report Data) memperlihatkan adanya perubahan tempat kerja selama pandemi Covid-19 karena pola kerja dari rumah yang diistilahkan dengan Work from Home System (WfH).
Situasi ini tentunya mempercepat meningkatnya pemanfaatan TIK serta literasi digital masyarakat. Meski begitu, sistem WfH selama pandemi Covid-19 yang diprediksi akan berlanjut hingga masa Post Covid-19 menunjukkan gejala sebaliknya yaitu kegiatan Work from Office (WfO) yang kembali menguat sebagaimana sebelum pandemi.
“Hal ini mungkin saja karena belum tercapainya kebutuhan aplikasi layanan terintegrasi secara online dan akses jaringan, masih perlunya pola pikir digital dan pola kerja berbasis TIK, kurangnya keterjangkauan TIK dan kemudahan dalam penggunaan, kurangnya akses internet murah, regulasi yang belum mendukung, dan soal jaminan data keamanan,” katanya.
Selain mengurangi pergerakan, pemanfaatan TIK berupa mobile banking dan eshoping, dinilai mampu menguatkan pemanfaatan ruang virtual untuk pengembangan usaha kecil dan menengah, serta dalam mengakses layanan publik perkotaan. Dari pengalaman membimbing penyusunan Masterplan Smart City pada beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten Kendal, Kabupaten Blora, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kota Bitung bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rachmawati menyebut sebuah kabupaten perlu juga menjadikan daerahnya smart sebagaimana konsep smart city yang diterapkan pada kota.
Rachmawati pun mengakui bahasan Ruang Masa Depan: Implementasi Konsep Smart City untuk Smart Sustainable Urban Development dalam pidatonya sebagai bagian kecil pandangan dari berbagai ragam bidang ilmu, yaitu geografi dan ilmu lain seperti perencanaan, sosial, politik, budaya, teknik dan lain-lain. Karenanya, ia berharap kesempurnaan dari pidatonya akan dilengkapi oleh para ahli dan guru besar dari berbagai bidang ilmu.
“Sudah saatnya kita lebih membuka lebar pemikiran tidak hanya multidisiplin, namun juga interdisiplin, khususnya pada aspek pengelolaan perkotaan. Perlu juga kiranya kita memperhatikan pemikiran dari stakeholder yang terkait langsung dengan pengelolaan perkotaan dan masyarakat sebagai sebagai pengguna ruang kota,” ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Donnie