Untuk merencanakan tindak lanjut terhadap tingginya penderita Diabetes Mellitus pada generasi muda, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada bersama Pemerintah Kabupaten Sleman menggelar webinar pada Kamis (25/5). Webinar ini diselenggarakan di Auditorium Gedung Tahir Foundation, Gedung FK-KMK UGM dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube.
Data Health and Demographic Surveillance System (HDSS) Yogyakarta menyatakan penderita diabetes mellitus merupakan yang tertinggi, dan telah merambah ke usia muda. Prof. dr. Hari Kusnanto Josef, SU., Dr. PH menyatakan, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 28,57 juta penderita pada tahun 2045. “Gaya hidup kita akan sudah sangat berbeda. Kita saat ini juga sudah mengalami epidemic of obesity. Ada penelitian yang menyatakan, bahwa massa lemak orang Indonesia ini lebih tinggi dari sebagian besar orang kaukasian,” ungkapnya.
Peningkatan angka penderita obesitas ini dikarenakan pada perubahan pola makan dan minimnya pola hidup sehat. Makanan rumahan saat ini sudah banyak diganti dengan fast food, begitu juga dengan kebiasaan jalan kaki dan bersepeda yang banyak digantikan oleh kendaraan bermotor. “Perkembangan teknologi juga turut mendukung peningkatan penderita diabetes ini. Anak-anak sekarang pun lebih banyak terpapar gadget daripada bermain di luar. Kita bisa melihat, dulu di jalan-jalan Malioboro ini masih banyak orang yang bersepeda. Sekarang sudah digantikan dengan motor dan mobil,” tambahnya.
Lebih lanjut lagi, Hari juga menjelaskan meskipun banyak masyarakat yang terindikasi mengalami diabetes mellitus, hanya sebagian kecil dari pasien yang berhasil mencapai target pengobatan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, terutama biaya dan sulitnya pemantauan. Dr. Hari juga menyoroti pembiayaan BPJS yang minim bagi pasien, hingga menghambat proses penyembuhan pasien.
Sejalan dengan pendapat Dr. Hari, dr. Vina Yanti Susanti, MSc., Ph.D., Sp.PD., KEMD., dari RSUP Dr Sardjito juga menyampaikan bahwa BPJS belum mampu membiayai keseluruhan pengobatan yang dibutuhkan. “Memang ada banyak yang belum ter-cover BPJS, termasuk beberapa obat dan alat yang dibutuhkan pasien,” tutur dr. Vina. Selain penyampaian materi tentang kondisi penderita diabetes mellitus di Indonesia, webinar ini juga memberikan edukasi mendasar bagi masyarakat mengenai diabetes mellitus. Menurutnya, pasien dengan potensi diabetes mellitus maupun yang sudah berstatus penderita harus melakukan pemantauan dengan rutin.
“Pemantauan untuk pasien diabetes mellitus tidak hanya seputar gula darahnya, namun juga kolesterolnya, A1c, trigliserida, dan tidak kalah penting adalah berat badan. Karena tadi juga kami jelaskan, obesitas itu juga meningkatkan terjadinya resistensi insulin dan tekanan darah,” ucap dr. Vina.
Webinar bertema “Diabetes Mellitus Mengancam Generasi Muda Yogyakarta” tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak muda akan bahaya penyakit yang mengancam karena pola hidup yang tidak sehat. Karenanya, generasi muda diharapkan mulai beralih ke pola hidup sehat dan menghidupkan lagi kebiasaan olah tubuh dalam kegiatan sehari-hari.
Penulis: Tasya