Museum UGM bekerja sama Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kabupaten Sleman melaunching QR Code Museum Automatic Guiding Plus. QR Code Museum Automatic Guiding Plus merupakan teknologi revolusioner yang diterapkan di museum, berisi navigasi, panduan, dan narasi tentang koleksi yang dipamerkan dengan menggunakan pemindai QRcode pada smartphone.
Launching dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) Kabupaten Sleman, Edy Winarya, S.Sn., M.Si., dan Kepala Departemen Arkeologi FIB UGM, Dr. Mahirta, M.A., serta para pengelola museum di DIY. Acara launching dimeriahkan penampilan Museum Performance dengan membaca puisi-pusisi WS Rendra oleh Drs. Heru Marwata, M.Hum.
Kepala Dinas Kebudayaan (KundhaKabudayan) Kabupaten Sleman, Edy Winarya, berterima kasih kepada Museum UGM yang telah bersedia melakukan kerja bareng dalam konteks program-program Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman. Dinas Kebudayaan, katanya, memiliki tugas salah satunya melakukannya untuk 10 obyek kemajuan kebudayaan.
“Ini selalu saya sampaikan di dalam forum-forum apapun. UU No 5 tahun 2017 menjadi salah satu tongkat untuk berjalan bersama sehingga 10 obyek kemajuan kebudayaan ini harus kita pegangi, disamping regulasi-regulasi lain baik itu yang menyangkut peraturan gubernur, peraturan bupati dan sebagainya,” katanya di Museum UGM, Jumat (26/5) .
Edy Winarya mengakui Dinas Kebudayaan memang sebagai satu-satunya lembaga yang melakukan pembinaan pengembangan kebudayaan melalui Dana Keistimewaan sehingga UU 13 tahun 2012 menjadi bagian referensi Dinas Kebudayaan di dalam bekerja. Di dalam program pembinaan dan pengelolaan museum ini salah satunya membantu program-program museum yang jumlahnya sangat banyak.
Di antaranya di tahun 2023, Dinas Kebudayaan menggulirkan program dana hibah. Program dana hibah ini diperoleh Museum UGM dari 21 museum lainnya yang ada.
“Program ini idealnya untuk membantu museum yang perlu dibantu, tetapi justru didapat Museum UGM karena berdasar proposal yang diajukan. Menurut saya terkait revitalisasi implementasi museum ini sangat tepat dengan anggaran yang tidak banyak tetapi jika dikelola dengan baik akan bermafaat. Ini saya kira menjadi aplikasi QR untuk museum digital,” ucapnya.
Berbagai upaya ditempuh pemerintah untuk meningkatkan angka kunjungan ke museum. Jika dihitung secara bisnis tidak ada keuntungan yang didapat. Berbagai upaya yang dilakukan antara lain dengan tiket dibelikan, bis disewakan, makan dibelikan oleh pemerintah.
Semua ditempuh pemerintah dengan tujuan agar anak-anak muda mengenal museum. Karena dalam melestarikan tidak lagi mengenal untung dan rugi tetapi bagaimana investasi ke depan agar anak-anak bisa mengenal museum.
“Karena museum kata orang pintar pintu gerbang membentuk karakter, bisa menggugah semangat anak-anak ketika kita bisa menjelaskan. Dengan QR ini saya kira akan lebih fleksibel, anak-anak tinggal pencet mendapat informasi dan harapannya 21 museum lainnya bisa mengadopsi ini,” imbuhnya.
Ketua Pengelola Museum UGM, Dra.D.Sri Nugrahani, M.A., menambahkan QR Code Museum Automatic Guiding Plus adalah fasilitas yang memiliki kelebihan penyajian informasi komprehensif dalam berbagai format, mulai dari informasi dasar koleksi, narasi dalam bentuk audio-visual, animasi, bahkan kumpulan hasil riset terkait koleksi. Dengan begitu, museum dapat memenuhi tupoksinya sebagai sarana pendidikan, riset, dan hiburan.
“Tidak hanya itu, ke depan platform berbasis web-development ini dapat berfungsi juga sebagai digital library yang khusus menyediakan link publikasi hasil riset terkait koleksi museum. Terima kasih kepada kepala dinas kabudayan (kundha kabudayan) Kabupaten Sleman yang selama ini telah mendukung Museum UGM, terima kasih juga kepada developer yang telah mewujudkan gagasan yang menjadi hasil pembicaraan dinas kabudayan (kundha kabudayan) Kabupaten Sleman dan Museum UGM,” terangnya.
Dr. Mahirta, M.A, Kepala Departemen Arkeologi mewakili Dekan FIB UGM., menyampaikan apresiasi atas diluncurkannya QR Code Museum Automatic Guiding Plus. Peluncuran ini membuktikan Museum UGM memiliki staf-staf yang aktif dengan program-program milenial.
Menurutnya, aplikasi ini memperlihatkan pula bila staf-staf Museum UGM mampu menghadirkan karya yang mengikuti zaman. Menurutnya, karena orang saat ini datang ke museum tidak lagi hanya sekedar melihat obyek, tetapi ingin juga merasakan apa saja yang ingin ditampilkan museum serta mampu memberikan pengalaman baru bagi pengunjung.
“Salah satu pengalaman yang saya lihat menarik untuk generasi muda adalah hal-hal yang berbau IT. Jadi, datang klik gitu, mereka bisa mendapatkan informasi lewat hpnya pengalaman yang lain dan bisa menarik mereka datang langsung ke museum,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho